Bahasa Britania Raya
Persaingan dengan Belanda di Asia
Pada akhir abad ke-16, Inggris dan Belanda mulai menentang monopoli Portugis terhadap perdagangan di Asia dengan bekerjasama membentuk kongsi dagang gabungan antara East India Company (EIC) milik Inggris dengan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) milik Belanda pada tahun 1602. Tujuan utama dari kongsi-kongsi dagang tersebut adalah untuk menguasai pasar perdagangan rempah-rempah yang menguntungkan, terutama di kawasan Kepulauan Hindia Timur serta wilayah sentral jaringan perdagangan di Asia; India. Pada akhirnya, Inggris dan Belanda justru saling bersaing memperebutkan supremasi perdagangan di Asia dari Portugis.[42] Meskipun Inggris pada akhirnya bisa mengimbangi posisi Belanda sebagai kekuatan kolonial, dalam waktu singkat sistem keuangan Belanda melesat lebih maju dibandingkan dengan Inggris.[43] Serangkaian peperangan antara Belanda dengan Inggris pada abad ke-17 turut memperpanas persaingan mereka di Asia. Permusuhan antara kedua negara ini baru berhenti setelah meletusnya Revolusi Agung pada tahun 1688, yaitu saat William III dari Oranye naik tahta menjadi raja Inggris dan mengesahkan kesepakatan damai antara Inggris dan Belanda. Kesepakatan itu menyatakan kalau Belanda berhak menguasai perdagangan rempah-rempah di Hindia Timur, sedangkan Inggris mendapatkan industri tekstil di India. Meskipun demikian, industri tekstil perlahan-lahan mulai menyalip perdagangan rempah-rempah Belanda dalam hal keuntungan dan penjualan. Kemudian, pada tahun 1720, kejayaan ekonomi Belanda berhasil disusul oleh Britania.[43]
Dekolonisasi dan keruntuhan (1945–1997)
Walaupun Britania Raya dan imperiumnya berhasil memenangkan Perang Dunia II, efek dari konflik yang terjadi memengaruhi Britania baik di dalam maupun luar negeri. Hampir keseluruhan kejayaan negara-negara Eropa—benua yang mendominasi dunia selama berabad-abad lamanya—berada di ambang keruntuhan, digantikan oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet yang tumbuh sebagai kekuatan global baru. Britania sendiri terpuruk dan mengalami kebangkrutan, dan baru bisa diselamatkan setelah mendapat pinjaman sebesar $3,5 miliar dari Amerika Serikat; negara adidaya baru yang dulu pernah menjadi koloninya.[162] Pinjaman itu sendiri baru berhasil dilunasi oleh Britania pada tahun 2006.[163]
Pada saat yang sama, gerakan antikolonial berkembang di negara-negara koloni Eropa. Situasi ini makin diperumit seiring berlangsungnya Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pada prinsipnya, kedua negara tersebut sama-sama menentang kolonialisme Eropa, tetapi pada kenyataannya sentimen antikomunis lebih diutamakan ketimbang antiimperialis sehingga Amerika Serikat tetap mendukung keberlangsungan Imperium Britania.[164]
Istilah "angin perubahan yang berhembus di negara-negara koloni Britania" berarti bahwa kejayaan Imperium Britania sudah berada di ambang keruntuhan. Britania mulai menggunakan cara aman untuk menghadapi keruntuhannya, yaitu dengan memberikan kemerdekaan pada satu-persatu negara koloninya jika mereka sudah stabil serta tidak condong pada paham komunis. Cara ini berbeda dengan negara-negara Eropa lain seperti Prancis, Belanda dan Portugal, yang mengobarkan perang berbiaya mahal untuk tetap mempertahankan koloninya namun pada akhirnya gagal menjaga keutuhan imperium mereka. Antara periode 1945 sampai 1965, jumlah penduduk yang berada di bawah kekuasaan Britania (di luar Britania Raya) merosot dari angka 700 juta ke angka 5 juta, dan 3 juta di antaranya berada di Hong Kong.[165]
Partai Buruh yang prodekolonisasi berhasil memenangkan Pemilihan Umum Britania Raya 1945. Clement Attlee, pemimpin Partai Buruh yang terpilih sebagai Perdana Menteri segera bertindak cepat untuk menyelesaikan masalah penting negara, yaitu kemerdekaan India.[166] Dua organisasi pergerakan kemerdekaan India; Kongres Nasional India dan Liga Muslim India telah mengampanyekan kemerdekaan India berdekade-dekade lamanya, tetapi tidak menemui kesepakatan soal bagaimana pelaksanaannya. Kongres menginginkan India yang bersatu tetapi Liga menginginkan negara yang terpisah bagi penduduk Muslim karena takut akan adanya dominasi oleh mayoritas Hindu. Meningkatnya kerusuhan sipil dan pemberontakan dari Angkatan Laut India pada tahun 1946 membuat Attlee menjanjikan kemerdekaan bagi India paling lambat tahun 1948. Namun, situasi yang makin mendesak dan ancaman akan adanya perang saudara membuat Louis Mountbatten, Maharaja India yang baru dilantik (sekaligus yang terakhir) memproklamasikan kemerdekaan India lebih awal pada tanggal 15 Agustus 1947.[167] Perbatasan yang dibuat oleh Britania untuk membagi India ke dalam kawasan untuk penduduk Hindu dan Islam tidak menghiraukan nasib berpuluh-puluh juta minoritas di India dan Pakistan.[168] Akibatnya, jutaan Muslim kemudian menyeberang dari India ke Pakistan dan Hindu ke arah sebaliknya, dan bentrokan yang terjadi antar dua komunitas tersebut menyebabkan lebih dari dua ratus ribu nyawa melayang. Sri lanka dan Myanmar, yang merupakan bagian dari Kemaharajaan Britania, memperoleh kemerdekaan pada tahun 1948. India, Pakistan dan Sri lanka selanjutnya bergabung menjadi anggota Negara-Negara Persemakmuran, tetapi Myanmar memilih untuk tidak bergabung.[169]
Mandat Britania atas Palestina, tempat mayoritas Arab tinggal berdampingan bersama minoritas Yahudi, juga menimbulkan masalah yang sama dengan India.[170] Hal tersebut makin dipersulit dengan sejumlah besar pengungsi Yahudi yang menginginkan tempat tinggal di Palestina setelah peristiwa Holocaust, sementara komunitas Arab menentang pembentukan negara Yahudi. Frustrasi atas kerumitan masalah tersebut dan diserang oleh organisasi paramiliter Yahudi serta meningkatnya biaya untuk mempertahankan militernya di Palestina, Britania mengumumkan pada tahun 1947 menarik diri dari kasus Palestina dan menyerahkan perkara tersebut pada Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk diselesaikan.[171] Majelis Umum PBB kemudian menyikapinya dengan Rencana Pembagian Palestina menjadi dua bagian, yaitu negara Arab (Palestina) dan negara Yahudi (Israel).[172]
Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, kemunculan gerakan perlawanan anti-Jepang di Malaya mengalihkan perhatian penduduk Malaya dari Britania, yang dengan cepat merebut kembali kendali atas koloni Malaya, terutama karena menilai wilayah itu sebagai sumber karet dan timah.[173] Fakta bahwa gerakan gerilya yang terjadi di Malaya sebagian besar didukung oleh komunis Melayu-Tionghoa menandakan bahwa upaya Britania untuk memadamkan pemberontakan tersebut didukung oleh mayoritas Melayu-Muslim, dengan artian bahwa setelah pemberontakan itu berhasil dipadamkan, kemerdekaan Malaya akan dikabulkan.[173] Kedaruratan Malaya diberlakukan dari tahun 1948 sampai tahun 1960. Tetapi pada tahun 1957, Britania sudah merasa cukup percaya diri untuk memberikan kemerdekaan pada Federasi Malaya. Pada tahun 1963, 11 negara bagian Federasi Malaya, beserta Singapura, Sarawak dan Borneo Utara, bergabung untuk membentuk Malaysia. Tetapi pada tahun 1965, Singapura yang didominasi oleh komunitas Tionghoa keluar dari federasi menyusul ketegangan antara komunitas Melayu dan Tionghoa. Brunei, yang menjadi protektorat Britania sejak tahun 1888 menolak untuk bergabung dengan federasi dan mempertahankan statusnya sampai memperoleh kemerdekaan pada tahun 1984.[173]
Imperium Britania pertama (1583–1783)
Pada tahun 1578, Ratu Elizabeth I memerintahkan Humphrey Gilbert untuk memulai penjelajahan seberang lautan.[17] Gilbert kemudian berlayar menuju Hindia Barat dengan tujuan untuk membajak kapal-kapal Spanyol dan memulai kolonisasi di Amerika Utara. Namun, ekspedisi ini dihentikan sebelum mencapai Samudera Atlantik.[18][19] Pada tahun 1583, Gilbert melakukan pelayaran kedua. Dalam pelayaran itu, ia berhasil mencapai Newfoundland dan mengklaim wilayah itu sebagai koloni Inggris pertama, meskipun pada saat itu pulau tersebut tidak berpenghuni. Gilbert tidak berhasil kembali ke Inggris, kemudian ia digantikan oleh saudara tirinya, Walter Raleigh, yang diberi mandat oleh Ratu Elizabeth I pada tahun 1584. Raleigh berhasil membangun koloni di Roanoke (sekarang North Carolina), tetapi kurangnya persediaan makanan menyebabkan upaya untuk membangun koloni lebih lanjut gagal dilakukan.[20]
Tahun 1603, Raja James VI dari Skotlandia naik takhta menjadi raja Inggris dan mengesahkan Traktat London 1604 yang mengakhiri permusuhan dengan Spanyol. Setelah berdamai dengan saingan utamanya, upaya Inggris terfokus untuk mengambil alih wilayah-wilayah koloni negara lain dan membangun koloni seberang lautan sendiri.[21] Imperium Britania mulai terbentuk pada awal abad ke-17, yang mencakup wilayah-wilayah di Amerika Utara dan pulau-pulau kecil di Karibia serta membentuk kongsi dagang bernama East India Company (EIC) untuk mengelola dan mengendalikan perdagangan di wilayah koloni Britania. Periode ini hingga terjadinya Perang Kemerdekaan Amerika Serikat yang menyebabkan lepasnya Tiga Belas Koloni Britania di akhir abad ke-18 disebut sebagai "Imperium Britania pertama".[22]
Era keemasan Imperium Britania (1815–1914)
Periode antara tahun 1815 sampai 1914 disebut oleh beberapa sejarawan sebagai "era keemasan Imperium Britania",[87][88] ketika lebih dari 10.000.000 mil persegi (26.000.000 km2) luas wilayah dan sekitar 400 juta penduduk menjadi bagian dari Imperium Britania.[89] Kekalahan Napoleon pada tahun 1815 membuat Britania tidak memiliki saingan yang berarti, kecuali Rusia di Asia Tengah.[90] Menjadi yang tak terkalahkan di lautan, Britania kemudian menobatkan dirinya sebagai polisi dunia, yang selanjutnya dikenal sebagai Pax Britannica.[91] Bersamaan dengan hak kontrol tidak resmi yang dimilikinya, posisi Britania yang dominan dalam perdagangan dunia berarti bahwa secara efektif Britania bisa mengendalikan perekonomian dari banyak negara, seperti Tiongkok, Argentina, dan Siam (Thailand). Kondisi ini oleh para sejarawan disebut sebagai "imperium informal".[92][93]
Era keemasan Imperium Britania didukung oleh berbagai penemuan teknologi selama masa Revolusi Industri seperti kapal uap dan telegraf. Berbagai teknologi baru yang diciptakan pada paruh kedua abad ke-19 memungkinkan Britania untuk mengontrol dan mempertahankan kejayaan imperiumnya. Pada tahun 1902, koloni-koloni di Imperium Britania bisa saling terhubung berkat adanya penemuan jaringan kabel telegraf yang bernama "All Red Line".[94]
East India Company di Asia
East India Company (EIC) atau Perusahaan Hindia Timur secara tidak langsung telah ikut berperan serta dalam mendukung kejayaan Imperium Britania di Asia. Tentara EIC pertama kali bergabung dengan Angkatan Laut Britania saat terjadinya Perang Tujuh Tahun, dan kemudian terus bekerja sama dalam berbagai pertempuran di luar India, di antaranya: pengusiran Napoleon dari Mesir (1799), pengambilalihan Jawa dari Belanda (1811), akuisisi Singapura (1819) dan Malaka (1824) serta pendudukan Birma (1826).[90]
Berawal dari basis di India, sejak tahun 1730 EIC lambat laun mulai melebarkan jalur perdagangannya dengan merambah perdagangan opium (candu) dengan Tiongkok. Perdagangan ini sangat menguntungkan namun ilegal karena dilarang oleh Dinasti Qing sejak tahun 1729. Perdagangan opium ini membantu mengembalikan ketidakseimbangan perdagangan Britania akibat impor teh yang tidak menghasilkan keuntungan di Tiongkok.[95] Pada tahun 1839, sekitar 20.000 peti candu Britania disita oleh Pemerintah Tiongkok, yang memicu meletusnya Perang Candu Pertama. Tiongkok kalah dalam perang ini, kemudian berdasarkan hasil Perjanjian Nanjing, Hong Kong diserahkan kepada Britania.[96]
Pada tahun 1857, di India terjadi Pemberontakan Sepoy yang dilakukan oleh prajurit-prajurit India (sepoy) yang berada di bawah kekuasaan EIC. Pemberontakan ini berkembang dan meluas menjadi pemberontakan penduduk di dataran Gangga hulu dan India Tengah dan berakhir dengan pembubaran EIC serta kekuasaan di India dijalankan secara langsung oleh Kerajaan Britania Raya.[97] Pemberontakan ini memakan waktu enam bulan sebelum berhasil ditumpas dan memakan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak. Setelah pemberontakan usai, Monarki Britania memegang kendali langsung atas India, membawa India memasuki periode yang dikenal sebagai Kemaharajaan Britania (British Raj) dengan seorang gubernur jenderal ditunjuk oleh Pemerintah Britania untuk membawahi India dan Ratu Victoria dinobatkan sebagai Maharani India. EIC dibubarkan pada tahun berikutnya.[98]
India mengalami serangkaian kegagalan panen serius pada akhir abad ke-19, menyebabkan bencana kelaparan yang meluas ke seantero negeri dan diperkirakan lebih dari 15 juta orang meninggal akibat kelaparan. EIC telah gagal mengimplementasikan kebijakan dan kontrol yang terkoordinasi untuk menangani kelaparan selama periode kekuasaannya. Hal ini berusaha diubah selama masa Kemaharajaan Britania, sebuah komisi khusus dibentuk untuk mengatasi dan menerapkan kebijakan baru dalam pengentasan kelaparan, yang memakan waktu hingga awal 1900-an supaya bisa menghasilkan efek.[99]
Krisis Suez dan dampaknya
Pada tahun 1951, Partai Konservatif kembali berkuasa di Britania di bawah kepemimpinan Winston Churchill. Churchill dan Konservatif percaya bahwa posisi Britania sebagai kekuatan dunia bergantung pada keberlangsungan imperiumnya, dan hal ini ditentukan oleh Terusan Suez yang memungkinkan Britania untuk mempertahankan posisi unggulnya di Timur Tengah, meskipun sudah kehilangan India. Namun, Churchill tidak bisa meremehkan Pemerintahan Revolusioner baru bentukan Gamal Abdul Nasser di Mesir yang meraih kekuasaan pada tahun 1952 dan berusaha mengusir Britania dari Mesir. Pada tahun berikutnya, disepakati bahwa pasukan Britania akan menarik diri dari Terusan Suez dan nasib Sudan akan ditentukan pada tahun 1955.[174] Sudan kemudian diberi kemerdekaan pada tanggal 1 Januari 1956.
Bulan Juli 1956, Nasser secara sepihak menasionalisasi Terusan Suez. Perdana Menteri Britania yang baru, Anthony Eden, menanggapinya dengan membuat kesepakatan bersama Prancis untuk mengatur serangan dari Israel ke Mesir yang selanjutnya akan memberi alasan bagi Britania dan Prancis untuk campur tangan dan merebut kembali Terusan Suez.[175] Tindakan Eden yang tidak meminta nasihat dari sekutunya, Amerika Serikat, menyebabkan Presiden AS, Dwight D. Eisenhower marah dan menolak mendukung invasi tersebut.[176] Eisenhower juga mencemaskan kemungkinan perang dengan Uni Soviet setelah Nikita Khrushchev menyatakan dukungannya pada Mesir. Eisenhower menerapkan opsi keuangan dengan mengancam akan menjual cadangan AS dalam poundsterling dan dengan demikian akan memicu kejatuhan mata uang Britania. Walaupun invasi militer tersebut berhasil merebut kembali Terusan Suez,[177] adanya campur tangan PBB dan tekanan dari Amerika Serikat memaksa Britania untuk menarik pasukannya dengan memalukan dari Terusan Suez dan diikuti dengan pengunduran diri Eden pada tahun 1957.[178][179]
Krisis Suez ini sangat terpublikasi dan dengan sendirinya memperlihatkan kelemahan Britania kepada dunia, dan menandakan kemerosotan kekuasaannya di pentas dunia. Krisis Suez juga menunjukkan bahwa Britania tidak boleh bertindak tanpa persetujuan atau dukungan dari Amerika Serikat.[180][181][182] Peristiwa Suez ini membuat Britania "terluka" secara nasional. Seorang anggota Parlemen Britania menggambarkannya sebagai peristiwa "Waterloo Britania",[183] dan menyatakan kalau Britania sudah menjadi "satelit Amerika Serikat".[184] Margaret Thatcher kemudian mendeskripsikan pola pikir yang menimpa pendirian politik Britania sebagai "sindrom Suez", sejak Britania yang terpuruk sampai berhasil merebut kembali Kepulauan Falkland dari Argentina pada tahun 1982.[185]
Krisis Suez memang menyebabkan kekuatan Britania di Timur Tengah melemah, tetapi imperiumnya tidak runtuh.[186] Britania mengatur kembali pengiriman pasukannya ke Timur Tengah dengan intervensi di Oman (1957), Yordania (1958) dan Kuwait (1961), dan tentunya dengan persetujuan dari Amerika Serikat,[187] yang menjadi kebijakan luar negeri Perdana Menteri Britania yang baru, Harold Macmillan, untuk tetap kuat bersekutu dengan Amerika Serikat.[183] Britania mempertahankan kehadirannya di Timur Tengah selama satu dekade berikutnya dan baru menarik diri dari Aden pada tahun 1967 dan dari Bahrain tahun 1971.[188]
Perdana Menteri Britania Raya yang baru, Harold Macmillan, berpidato di Cape Town, Afrika Selatan pada bulan Februari 1960, ketika dia mengatakan tentang "angin perubahan yang bertiup di benua ini."[189] Macmillan ingin menghindari perang kolonial seperti yang dihadapi oleh Prancis di Aljazair, dan menjanjikan bahwa di bawah pemerintahannya, proses dekolonisasi akan berjalan dengan cepat.[190] Banyak koloni Britania yang diberinya kemerdekaan pada tahun 1950-an dan 1960-an, termasuk Sudan, Pantai Emas (sekarang Ghana) dan Malaysia.[191]
Koloni Britania yang tersisa di Afrika, kecuali Rhodesia Selatan, semuanya diberikan kemerdekaan pada tahun 1968. Penarikan pasukan Britania dari bagian selatan dan timur Afrika bukanlah proses yang damai. Kemerdekaan Kenya didahului oleh Pemberontakan Mau Mau selama delapan tahun. Di Rhodesia, deklarasi kemerdekaan sepihak tahun 1965 oleh minoritas kulit putih menyebabkan perang saudara antara penduduk kulit hitam dan kulit putih yang berlangsung hingga disahkannya Perjanjian Lancaster 1979 yang meletakkan Rhodesia di bawah kuasa Britania. Pemilihan umum yang diadakan pada tahun berikutnya dimenangkan oleh Robert Mugabe, yang kemudian menjadi Perdana Menteri bagi negara merdeka yang kini bernama Zimbabwe.[192]
Di Laut Tengah, perang gerilya oleh penduduk Siprus-Yunani berakhir pada tahun 1960 dengan pembentukan negara merdeka Siprus, tetapi Britania tetap mempertahankan pangkalan-pangkalan militernya di Akrotiri dan Dhekelia. Sedangkan Malta dan Gozo diberikan kemerdekaan pada tahun 1964.[193]
Sebagian besar koloni Britania di Hindia Barat memperoleh kemerdekaan setelah keluarnya Jamaika dan Trinidad dari Federasi Hindia Barat pada tahun 1961 dan 1962. Pada awalnya, Federasi Hindia Barat didirikan pada tahun 1958 dalam upaya menyatukan koloni-koloni Britania di Karibia di bawah satu pemerintahan, tetapi federasi ini dibubarkan setelah kehilangan dua anggota terbesarnya.[194] Barbados memperoleh kemerdekaan pada tahun 1966 dan pulau-pulau lain di Karibia menyusul pada tahun 1970-an dan 1980-an.[194] Tetapi, Anguilla dan Kepulauan Turks & Caicos memilih untuk kembali ke pangkuan Britania dalam perjalanan menuju kemerdekaannya.[195] Kepulauan Virgin Britania Raya,[196] Kepulauan Cayman dan Montserrat juga memilih untuk tetap bersama Britania.[197] Guyana memperoleh kemerdekaan pada tahun 1966. Koloni terakhir Britania di daratan Amerika, Honduras Britania, menjadi koloni berpemerintahan sendiri pada tahun 1964 dan dinamai Belize pada tahun 1973, sebelum meraih kemerdekaan penuh pada tahun 1981. Perselisihan antara Belize dengan Guatemala mengenai klaim atas Belize yang tersisa masih belum terselesaikan hingga saat ini.[198]
Teritori Britania di Pasifik memperoleh kemerdekaan pada tahun 1970 (Fiji) dan 1980 (Vanuatu). Proses pemberian kemerdekaan setelah itu mengalami penundaan karena adanya konflik politik antara penduduk yang berbahasa Inggris dengan penduduk yang berbahasa Prancis.[199] Fiji, Tuvalu, Kepulauan Solomon dan Papua Nugini memilih menjadi anggota Negara-Negara Persemakmuran setelah merdeka.
Kekuasaan pemangku raja
Undang-Undang Kekuasaan Pemangku Raja membolehkan kekuasaan para pemangku raja pada saat penguasa monarki masih kecil atau yang tidak mampu melakukan tugasnya secara fisik dan mental. Saat pemangku raja dibutuhkan, orang terkualifikasi berikutnya dalam garis suksesi secara otomatis menjadi pemangku raja, meskipun mereka sendiri juga masih kecil atau tidak mampu melakukan tugasnya. Tujuan-tujuan khusus dibuat oleh Ratu Elizabeth II oleh Undang-Undang Pemangku Raja 1953, yang menyatakan bahwa Adipati Edinburgh (suami Ratu) dapat bertindak sebagai pemangku pada saat-saat yang dibutuhkan.[93]
Saat selama beberapa waktu sedang sakit atau absen dari kerajaan, penguasa berdaulat secara sementara menyerahkan fungsi-fungsinya ke para Konselor Negara, yang terdiri dari pasangan penguasa monarki dan empat anggota dewasa pertama dalam garis suksesi. Para Konselor Negara saat ini adalah: Adipati Edinburgh, Pangeran Wales, Adipati Cambridge, Pangeran Harry dan Adipati York.[94]
Sampai 1760, penguasa memegang seluruh pengeluaran resmi dari pendapatan warisan, yang meliputi profit-profit Lahan Mahkota (portofolio properti kerajaan). Raja George III sepakat untuk menyerahkan pendapatan-pendapatan warisan Mahkota kembali ke Civil List. dan aransemen tersebut berlaku sampai 2012. Sebuah Jasa Properti Tahunan Grant-in-aid dibayar untuk menjaga kediaman-kediaman kerajaan, dan sebuah Jasa Perjalanan Kerajaan tahunan Grant-in-Aid dibayar untuk perjalanan. Civil List menutupi sebagian besar pengeluaran, yang meliputi para petugas, kunjungan negara, pertunangan publik, dan hiburan resmi. Ukurannya ditentukan oleh Parlemen setiap 10 tahun; dana apapun diamankan sampai masa 10 tahun berikutnya.[95] Dari 2012 sampai 2020, Civil List dan Grants-in-Aid digantikan dengan Sovereign Grant tunggal, yang meliputi 15% pendapatan yang dipegang oleh Lahan Mahkota.[96]
Lahan Mahkota adalah salah satu kepemilihan properti terbesar di Britania Raya, yang seharga £7.3 miliar pada 2011.[97] Lahan tersebut dipercayakan, dan tak dapat dijual atau dimiliki oleh Penguasa Berdaulat dalam kapasitas pribadi.[98] Pada masa modern, profit-profit yang diserahkan dari Lahan Mahkota ke Perbendaharaan dimasukkan ke Civil List dan Grants-in-Aid.[95] Contohnya, Lahan Mahkota menghasilkan £200 juta pada tahun finansial 2007–8, sementara dana parlementer untuk penguasa monarki dilaporkan sejumlah £40 juta pada masa yang sama.[99]
Seperti halnya Lahan Mahkota, lahan dan aset Kadipaten Lancaster, portofolio properti-nya senilai £383 juta pada 2011,[100] dan dipercayakan. Pendapatan Kadipaten masuk Privy Purse, dan digunakan untuk dihabiskan dan tidak melalui tunjangan parlementer.[101] Kadipaten Cornwall merupakan sebuah lahan serupa yang dipercayakan untuk digunakan oleh putra sulung penguasa monarki. Royal Collection, yang meliputi karya-karya seni dan Perhiasan Mahkota, tidak dimiliki oleh Penguasa Berdaulat secara pribadi namun dipercayakan,[102] seperti halnya istana-istana yang diduduki di Britania Raya seperti Istana Buckingham dan Kastel Windsor.[103]
Penguasa berdaulat merupakan subyek dari pajak-pajak tak langsung seperti pajak nilai tambah, dan sejak 1993, Ratu telah membayar pajak pemasukan dan pajak pemberian utama pada pemasukan pribadi. Tunjangan Parlementer kepada Penguasa Berdaulat bukan sebagai pemasukan karena mereka secara tunggal merupakan untuk ekspeditur resmi.[104] Kaum Republikan memperkirakan bahwa biaya monarki sebenarnya, termasuk keamanan dan pemasukan potensial yang tidak diklaim oleh negara, seperti profit-profit dari kadipaten-kadipaten Lancaster dan Cornwall dan penyewaan Istana Buckingham dan Istana Windsor, sejumlah £334 juta setahun.[105]
Prakiraan kekayaan Penguasa Monarki beragam, tergantung pada apakah aset-aset yang ia miliki secara pribadi atau dipercayakan untuk negara dimasukkan. Majalah Forbes memperkirakan bahwa kekayaannya sejumlah US$450 juta pada 2010,[106] namun tak ada jumlah resmi yang diberikan. Pada 1993, Lord Chamberlain berkata bahwa sekitar £100 juta adalah "jumlah pendapatan bersih yang terlalu dilebih-lebihkan".[107] Jock Colville, yang merupakan mantan sekretaris pribadinya dan direktur banknya, Coutts, memperkirakan kekayaannya pada 1971 sejumlah £2 juta[108][109] (setara sekitar £28 juta pada masa sekarang[110]).
Kediaman resmi Penguasa Berdaulat di London adalah Istana Buckingham. Itu adalah tempat sebagian besar banquet negara, penobatan, pembaptisan anggota kerajaan dan upacara-upacara lainnya.[111] Kediaman resmi lainnya adalah Kastel Windsor, istana terbesar yang masih diduduki di dunia,[112] yang biasanya dipakai pada akhir pekan, Paskah dan saat Royal Ascot, sebuah pertemuan ras tahunan yang merupakan bagian dari kalender sosial.[112] Kediaman resmi Penguasa Berdaulat di Skotlandia adalah Istana Holyroodhouse di Edinburgh. Penguasa monarki singgah di Holyrood selama sekitar seminggu pada setiap tahun, dan saat mengunjungi Skotlandia berkenaan dengan kunjungan negara.[113]
Dulunya, Istana Westminster dan Menara London adalah kediaman utama Penguasa Monarki Inggris sampai Henry VIII mengakuisisi Istana Whitehall. Whitehall hangus terbakar pada 1698, sehingga dialihkan ke Istana St James. Meskipun digantikan sebagai kediaman London utama penguasa monarki oleh Istana Buckingham pada 1837, St James masih menjadi istana senior[114] dan masih menjadi kediaman Kerajaan seremonial. Contohnya, para duta besar asing diakreditasikan ke Court of St James's,[111][115] dan Istana-nya adalah tempat pertemuan Dewan Aksesi.[86] Itu juga digunakan oleh para anggota Keluarga Kerajaan lainnya.[114]
Kediaman lainnya meliputi Clarence House dan Istana Kensington. Istana-istana tersebut dimasukkan ke Mahkota; mereka dipercayakan bagi para penguasa masa mendatang, dan tak dapat dijual oleh penguasa monarki.[116] Sandringham House di Norfolk dan Istana Balmoral di Aberdeenshire secara pribadi dimiliki poleh Penguasa Monarki.[103]
Gelar lengkap Penguasa Berdaulat saat ini adalah "Elizabeth the Second, by the Grace of God, of the United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland and of Her other Realms and Territories Queen, Head of the Commonwealth, Defender of the Faith" (bahasa Indonesia: Elizabeth Kedua, atas Rahmat Tuhan, dari Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Utara dan Kerajaan-kerajaan dan Kawasan-kawasan Ratu Lainnya, Kepala Persemakmuran, Pembela Iman).[117] Gelar "Kepala Persemakmuran" dipegang oleh Ratu secara pribadi, dan tidak dalam Mahkota Inggris.[72] Paus Leo X yang mula-mula memberikan gelar "Pembela Iman" kepada Raja Henry VIII pada 1521, yang dianugerahkan atas dukungannya terhadap Kepausan saat masa-masa awal Reformasi Protestan, terutama atas bukunya Pembelaan Tujuh Sakramen.[118] Setelah Henry berpisah dari Gereja Roma, Paus Paulus III menarik pemberian tersebut, tetapi Parlemen mengesahkan hukum yang melanjutkan penggunaannya.[119]
Penguasa Berdaulat dikenal sebagai "His Majesty" atau "Her Majesty" (bahasa Indonesia: Yang Mulia). Bentuk "Britannic Majesty" (bahasa Indonesia: Yang Mulia Inggris) muncul dalam traktat-traktat internasional dan paspor-paspor untuk membedakan penguasa monarki Inggris dengan para penguasa asing. Penguasa monarki memilih nama regnal-nya, yang tidak harus nama pertamanya – Raja George VI, Raja Edward VII dan Ratu Victoria tak memakai nama pertama mereka.
Jika hanya satu penguasa monarki yang menggunakan nama partikular, tidak ada ordinal yang digunakan; contohnya, Ratu Victoria tidak dikenal sebagai "Victoria I", dan ordinal tidak digunakan bagi para penguasa monarki Inggris yang memerintah sebelum Norman menaklukan Inggris. Pertanyaan apakah penomoran bagi para penguasa monarki Inggris berdasarkan pada para penguasa Inggris atau Skotlandia mencuat pada 1953 saat para nasionalis Skotlandia menentang Ratu menggunakan sebutan "Elizabeth II", atas dasar bahwa tak pernah ada "Elizabeth I" di Skotlandia. Dalam MacCormick v Lord Advocate, sebuah Pengadilan Sesi Skotlandia melawan para penggugat, menyatakan bahwa gelar Ratu adalah sebuah materi hak istimewa dan pilihannya sendiri. Sekretaris Dalam Negeri berkata kepada Dewan Rakyat bahwa para penguasa monarki semenjak Acts of Union telah konsisten menggunakan ordinal Inggris dan Skotlandia, dimana ordinal Inggris terjadi empat kali.[120] Perdana Menteri mengkonfirmasikan praktek tersebut, tetapi menyatakan bahwa "baik Ratu maupun para penasihatnya dapat menentukan para penerusnya".[121] Para penguasa masa mendatang akan menerapkan kebijakan tersebut.[122]
Biasanya, tanda tangan penguasa monarki meliputi nama regnal mereka namun tidak dengan ordinal, yang disusul oleh huruf R, yang merupakan kependekan dari rex atau regina (kata Latin masing-masing untuk raja dan ratu). Tanda tangan penguasa monarki saat ini adalah "Elizabeth R". Dari 1877 sampai 1948, para penguasa monarki yang memerintah menambahkan huruf I pada tanda tangan mereka, yang merupakan kependekan dari imperator atau imperatrix (kaisar atau Kaisar Wanita dalam bahasa Latin), dari status mereka sebagai Kaisar atau Kaisar Wanita India. Contohnya, Ratu Victoria bertandatangan "Victoria RI" dari 1877.
Lambang kerajaan Britania Raya adalah "Quarterly, I and IV Gules three lions passant guardant in pale Or [untuk Inggris]; II Or a lion rampant within a double tressure flory-counter-flory Gules [untuk Skotlandia]; III Azure a harp Or stringed Argent [untuk Irlandia]". Pendukungnya adalah Singa dan Unicorn; slogannya adalah "Dieu et mon droit" (Prancis: "Tuhan dan Hakku"). Sekitaran lambang tersebut merupakan sebuah perwakilan dari Garter yang mencantumkan slogan ordo Kekesatriaan dengan nama yang sama; "Honi soit qui mal y pense". (Bahasa Prancis Lama: "Malulah siapa yang berpikir jahat kepadanya"). Di Skotlandia, penguasa monarki menggunakan bentuk lambang alternatif dimana seperempat bagian kiri atas dan kanan bawah mewakili Skotlandia, bagian kanan atas mewakili Inggris, dan bagian kiri bawah mewakili Irlandia. Slogannya adalah "In Defens"/"Dalam Pertahanan" (sebuah bentuk singkatan dari bahasa Skotlandia "In My Defens God Me Defend"/"Dalam Pertahananku Tuhan Membelaku") dan slogan Order of the Thistle; "Nemo me impune lacessit". (Latin: "Tidak ada yang memprovokasi saya dengan impunitas"); para pendukungnya adalah unicorn dan singa, yang mendukung escutcheon dan lance, yang mengibarkan bendera Skotlandia dan bendera Inggris.
Bendera resmi penguasa monarki di Britania Raya adalah Royal Standard/Standar Kerajaan, yang menggambarkan Lambang Kerajaan dalam bentuk spanduk. Bendera tersebut hanya dikibarkan di gedung-gedung, kapal-kapal dan kendaraan-kendaraan yang dimasukki Penguasa Berdaulat.[123] Standar Kerajaan tak pernah dikibarkan setengah tiang karena selalu ada penguasa berdaulat; saat seorang penguasa wafat, penerusnya otomatis menjadi penguasa berdaulat.[124]
Saat penguasa monarki tidak sedang tidak ada di kediamannya, Bendera Uni dikibarkan di Istana Buckingham, Kastel Windsor dan Sandringham House, sementara di Skotlandia, Standar Kerajaan Skotlandia dikibarkan di Istana Holyrood dan Istana Balmoral.[123]
Imperium Britania Raya (bahasa Inggris: British Empire) adalah suatu imperium kekuasaan yang terdiri dari wilayah-wilayah koloni, protektorat, mandat, dominion dan wilayah lain yang pernah diperintah atau dikuasai oleh Britania Raya. Imperium Britania Raya dimulai pada akhir abad ke-16 sejalan dengan berkembangnya kekuatan Angkatan Laut Britania Raya dan merupakan imperium yang paling luas dalam sejarah dunia serta pada suatu periode tertentu pernah menjadi kekuatan utama di dunia.[1] Pada tahun 1922, Imperium Britania Raya mencakup populasi sekitar 458 juta orang, kurang lebih seperlima populasi dunia pada waktu itu,[2] yang membentang seluas lebih dari 33.700.000 km2 (13.012.000 sq mi), atau sekitar seperempat luas total bumi.[3][4]
Akibatnya, pengaruh Britania Raya, terutama Inggris, melekat kuat di seantero dunia: dalam praktik ekonomi, hukum dan sistem pemerintahan, masyarakat, olahraga (seperti kriket dan sepak bola), serta penggunaan bahasa Inggris. Imperium Britania Raya pada suatu masa pernah dijuluki sebagai "kerajaan tempat Matahari tak pernah tenggelam" karena wilayahnya membentang sepanjang bola dunia dan dengan demikian Matahari selalu bersinar, paling tidak di salah satu dari begitu banyak koloninya.
Selama Zaman Penjelajahan pada abad ke-15 dan ke-16, Portugal dan Spanyol mempelopori penjelajahan maritim Eropa ke berbagai belahan dunia sekaligus mendirikan wilayah koloni. Iri melihat keberhasilan dan kejayaan yang mereka peroleh, Inggris, Prancis dan Belanda mulai membentuk koloni dan jaringan perdagangan mereka sendiri di Amerika dan Asia.[5] Serangkaian kemenangan dalam peperangan pada abad ke-17 dan 18 dengan Prancis dan Belanda membuat Inggris (kemudian bernama Britania Raya setelah bersatu dengan Skotlandia pada tahun 1707) memperoleh wilayah-wilayah koloni yang dominan di India dan Amerika Utara. Lepasnya Tiga Belas Koloni Britania Raya di Amerika Utara pada tahun 1787 setelah perang kemerdekaan membuat Britania Raya kehilangan wilayah koloninya yang paling tua dan paling padat penduduknya.
Lepasnya Amerika Utara membuat perhatian Britania Raya beralih ke wilayah-wilayah koloni di Afrika, Asia dan Samudra Pasifik. Setelah kekalahan Napoleon dari Prancis pada tahun 1815, Britania Raya berkesempatan untuk memperluas imperiumnya ke seantero dunia dan menjadi negara imperialis paling berjaya dan tak tertandingi pada waktu itu. Beberapa wilayah koloninya dijadikan sebagai koloni imigran kulit putih dan beberapa di antaranya dijadikan sebagai wilayah dominion.
Kebangkitan Jerman dan Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 turut menyebabkan pudarnya kejayaan Britania Raya. Ketegangan militer dan ekonomi antara Britania Raya dan Jerman adalah penyebab utama Perang Dunia I, ketika Britania Raya sangat bergantung pada imperiumnya.
Perang tersebut telah menyebabkan hancurnya sistem keuangan Britania Raya dan walaupun Britania Raya masih merupakan negara dengan wilayah jajahan terluas setelah Perang Dunia I, Britania Raya tidak lagi menjadi pemimpin perekonomian dan militer di dunia. Perang Dunia II menyebabkan sebagian besar koloni Britania Raya di Asia Tenggara diduduki oleh Jepang. Meskipun pada akhirnya Britania Raya dan Sekutu berhasil memenangkan Perang Dunia II, perang ini turut berdampak pada semakin sempitnya wilayah Imperium Britania Raya. Dua tahun setelah perang berakhir, India—koloni Britania Raya yang paling berharga—memperoleh kemerdekaannya.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, sebagai akibat dari gerakan dekolonisasi negara-negara terjajah, Britania Raya memberi kemerdekaan pada sebagian besar koloninya. Proses dekolonisasi ini berakhir dengan diserahkannya Hong Kong ke tangan Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1997. Empat belas koloni Britania Raya yang masih tersisa (disebut dengan Wilayah Seberang Laut Britania Raya) tetap berada di bawah kedaulatan Britania Raya. Setelah kemerdekaan, banyak bekas koloni Britania Raya yang bergabung dengan Persemakmuran Bangsa-Bangsa, yaitu suatu persatuan secara sukarela yang melibatkan negara-negara berdaulat yang didirikan atau pernah dijajah oleh Britania Raya.
Enam belas anggota Persemakmuran mengakui Raja Charles III sebagai Ketua Persemakmuran sekaligus kepala negara.
Ide mengenai penjelajahan seberang lautan (dalam pengertian eksplorasi lautan di luar Eropa dan Kepulauan Britania Raya) sudah dicetuskan saat Inggris dan Skotlandia masih berada dalam pemerintahan yang terpisah. Pada tahun 1496, Henry VII dari Inggris ingin mengikuti keberhasilan Spanyol dan Portugal dalam menjelajahi seberang lautan. Ia kemudian menugaskan John Cabot memimpin pelayaran untuk menemukan rute menuju Asia melalui Samudra Atlantik Utara.[6] Cabot mulai berlayar pada tahun 1497; lima tahun setelah benua Amerika ditemukan oleh Christopher Columbus. Meskipun pada akhirnya ia berhasil berlabuh di pantai Newfoundland, ia mengira kalau ia sudah mencapai Asia dan pada akhirnya tidak berhasil mendirikan koloni.[7] Cabot memimpin pelayaran lain ke Amerika pada tahun berikutnya namun tidak diketahui lagi kabarnya.[8]
Tidak ada upaya lebih lanjut untuk mendirikan koloni Inggris di Amerika hingga memasuki masa pemerintahan Elizabeth I pada dekade terakhir abad ke-16.[9] Adanya gerakan Reformasi Protestan telah membuat Inggris bermusuhan dengan Katolik Spanyol.[6] Pada tahun 1562, Kerajaan Inggris memerintahkan navigator John Hawkins dan Francis Drake untuk menyerang kapal-kapal Spanyol dan Portugal yang melintas di lepas pantai Afrika Barat dengan tujuan untuk melumpuhkan sistem perdagangan di Atlantik.[10] Upaya ini tidak berhasil dan kemudian, saat Perang Inggris-Spanyol terjadi, Elizabeth I memerintahkan penyerangan terhadap pelabuhan Spanyol di Amerika dan kapal-kapal Spanyol yang melintasi Atlantik serta membajak kapal-kapal Spanyol yang sarat dengan harta dari Dunia Baru.[11] Pada saat yang sama, penulis yang berpengaruh seperti Richard Hakluyt dan John Dee (yang pertama kali menggunakan istilah Imperium Britania Raya) mulai menekan kerajaan agar segera memulai penjelajahan seberang lautan.[12] Pada saat itu, Spanyol telah menguasai Amerika, Portugal telah mendirikan pos perdagangan dan benteng di pantai Afrika, Brasil dan Tiongkok, sedangkan Prancis sudah mencapai Sungai Saint Lawrence dan kemudian mendirikan koloni Prancis Baru.[13]
Meskipun Inggris jauh tertinggal di belakang negara-negara Eropa lainnya dalam membangun koloni seberang lautan, Inggris telah berhasil menguasai Irlandia pada abad ke-16.[14][15] Beberapa orang yang berperan dalam kolonisasi Irlandia ini selanjutnya juga berperan dalam proses kolonisasi awal di Amerika Utara, kelompok ini selanjutnya dikenal sebagai "para lelaki dari barat".[16]
Lepasnya Tiga Belas Koloni
Selama periode 1760-an dan 1770-an, hubungan antara Tiga Belas Koloni dan Britania menjadi semakin tegang, terutama karena Undang-Undang Stempel 1765 yang dikeluarkan oleh Parlemen Britania yang tidak konstitusional. ParlemenBritania menegaskan bahwa mereka punya hak untuk memberlakukan pajak pada para kolonis.[54] Kolonis mengklaim bahwa karena mereka penduduk Britania, perpajakan tanpa perwakilan rakyat dianggap ilegal. Kolonis di Tiga Belas Koloni membentuk Kongres Kontinental yang bersatu dan pemerintahan bayangan di setiap koloni serta menyerukan istilah "tolak pajak tanpa perwakilan rakyat". Pemboikotan kolonis terhadap teh Inggris yang terkena pajak mendorong terjadinya peristiwa Pesta Teh Boston pada tahun 1773. Perselisihan demi perselisihan pada akhirnya mengakibatkan terjadinya Revolusi Amerika dan pecahnya Perang Revolusi pada tahun 1775. Tahun berikutnya, koloni menyatakan kemerdekaan atas Britania dan dengan bantuan dari Prancis, Tiga Belas Koloni akhirnya berhasil memenangkan perang pada tahun 1783 dan kemudian mendirikan Amerika Serikat.[55]
Lepasnya koloni-koloni Britania yang paling padat penduduknya di Amerika Utara oleh para sejarawan didefinisikan sebagai masa peralihan dari "Imperium Britania pertama" ke "Imperium Britania kedua".[56] Sejak itu, Britania mengalihkan perhatiannya pada koloni-koloninya yang tersebar di Asia, Pasifik dan Afrika. Tahun 1776, Adam Smith lewat bukunya yang berjudul The Wealth of Nations menyatakan kritik terhadap merkantilisme. Menurut Smith, ekonomi pasar merupakan sumber utama kemajuan, kerja sama, dan kesejahteraan, sementara campur tangan politik dan peraturan pemerintah merupakan hal yang tidak ekonomis, kemunduran, dan dapat menyebabkan konflik.[49][57] Pertumbuhan perdagangan antara Amerika Serikat sebagai negara yang baru merdeka dengan Britania Raya sebagai negara tua sejak tahun 1783 membuktikan teori Smith bahwa kontrol politik tidak diperlukan untuk keberhasilan ekonomi.[58][59] Ketegangan antara kedua negara ini meningkat selama berlangsungnya Perang Napoleon. Britania berusaha untuk memutuskan hubungan dagang antara Amerika Serikat dengan Prancis. Pada tahun 1812, Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Britania, dan kedua negara tersebut saling menyerbu. Namun, konflik lebih lanjut di antara kedua negara itu berhasil dicegah dengan disahkannya Traktat Ghent pada tahun 1815.[60]
Serangkaian peristiwa yang terjadi di Amerika Serikat turut mempengaruhi kebijakan Britania di Kanada.[61] Sekitar 40.000 hingga 100.000 Loyalis yang telah kalah bermigrasi ke Kanada setelah deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat.[62] Kurang lebih 14.000 Loyalis menetap di sepanjang sungai Saint John dan Saint Croix (sekarang bagian dari Nova Scotia). Tetapi mereka menganggap kalau lokasinya terlalu jauh dari pusat pemerintahan provinsi di Halifax. Oleh sebab itu, Britania kemudian memekarkan New Brunswick menjadi satu koloni terpisah pada tahun 1784.[63] Undang-Undang Konstitusi 1791 disahkan untuk membagi Kanada jadi dua bagian, yaitu Provinsi Kanada Hulu (untuk penduduk berbahasa Inggris) dan Kanada Hilir (untuk penduduk berbahasa Prancis) dengan tujuan meredakan ketegangan antara komunitas Prancis dan komunitas Inggris di Kanada. Sistem pemerintahan yang diterapkan di Kanada harus berpedoman pada Britania Raya untuk menegaskan kewenangan imperialisnya dan segala jenis kontrol pemerintahan yang dianggap sebagai penyebab Revolusi Amerika tidak diijinkan.[64]
Sejak tahun 1718, pembuangan orang-orang Britania ke koloni-koloni di Amerika Utara telah menjadi suatu bentuk hukuman bagi berbagai tindak pidana di Britania. Ribuan orang buangan diangkut setiap tahunnya melewati Atlantik.[65] Tetapi setelah lepasnya Tiga Belas Koloni pada tahun 1783, Britania dipaksa untuk mencari lokasi alternatif sebagai tempat pembuangan baru bagi orang-orang tahanan. Kemudian, Britania berpaling ke daratan di selatan yang baru ditemukan bernama Australia.[66] Pantai barat Australia sebenarnya telah ditemukan oleh seorang penjelajah Belanda bernama Willem Janszoon pada tahun 1606 yang kemudian dinamakannya Belanda Baru, tetapi tidak ada usaha lebih lanjut untuk membangun koloni di sana sampai pada tahun 1770, James Cook menemukan pantai timur Australia dalam perjalanannya menuju Samudera Pasifik Selatan. Cook mengklaim benua tersebut atas nama Britania dan menamakannya New South Wales.[67] Pada tahun 1778, Joseph Banks, seorang ahli botani yang ikut serta dalam pelayaran bersama Cook memberi saran kepada Pemerintah Britania supaya Australia dijadikan sebagai koloni tahanan yang baru. Selanjutnya, pada tahun 1787, pengiriman perdana para tahanan dari Britania dilakukan dan sampai di New South Wales pada tahun 1788.[68] Britania terus mengirim para tahanan ke New South Wales hingga tahun 1840.[69] Seiring perkembangannya, koloni Australia akhirnya menjadi koloni yang sangat menguntungkan, terutama karena produksi wol dan tambang emasnya,[70] yang turut didukung oleh adanya "demam emas" yang sedang berlangsung di koloni-koloni Victoria. Hal ini menjadikan Melbourne sebagai kota terkaya di dunia pada saat itu,[71] sekaligus kota terbesar kedua (setelah London) dalam Imperium Britania.[72]
Dalam perjalanannya, Cook juga mengunjungi Selandia Baru, yang ditemukan pertama kali pada tahun 1642 oleh penjelajah Belanda bernama Abel Tasman. Cook kemudian mengklaim pulau-pulau di Utara dan di Selatan atas nama Kerajaan Britania Raya pada tahun 1769 dan 1770. Awalnya, interaksi antara Suku Māori; penduduk asli Selandia Baru dengan orang-orang Eropa terbatas hanya pada transaksi perdagangan.Tetapi, permukiman bagi orang-orang Eropa makin diperluas selama dekade awal abad ke-19 dan pos-pos perdagangan banyak didirikan, terutama di Pulau Utara. Pada tahun 1839, perusahaan Britania bernama New Zealand Company menyatakan rencananya untuk membeli lahan yang luas dan mendirikan koloni di Selandia Baru. Pada tanggal 6 Februari 1840, William Hobson dan sekitar 40 orang tokoh adat Māori menandatangani Perjanjian Waitangi.[73] Perjanjian ini dianggap sebagai dokumen awal pendirian negara Selandia Baru,[74] namun penafsiran terhadap teks perjanjian versi Britania dan versi Māori amat berbeda, sehingga tidak ada kesepakatan pada masalah yang telah disetujui dan terus menerus menjadi sumber sengketa hingga saat ini.[75][76]
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahasa Inggris Britania Raya adalah standar dialek bahasa Inggris yang digunakan di Britania Raya.[4] Bahasa ini juga dipakai di negara-negara yang pernah menjadi salah satu jajahan Imperium Britania, terutama Persemakmuran Bangsa-Bangsa (kecuali bahasa Inggris Kanada, yang sangat dipengaruhi oleh bahasa Inggris Amerika Serikat).
Terdapat beberapa kosakata bahasa Inggris Britania Raya yang jarang dipakai pada varian bahasa Inggris baku lainnya (terutama bahasa Inggris Amerika Serikat), yaitu:
Citra Satelit Britania Raya bulan April 2002
Britania Raya adalah pulau di lepas pantai barat laut daratan Eropa. Luas pulau ini 209.331 km², merupakan pulau terluas di Eropa, dan ke-9 di dunia.[5][note 1] Pada tahun 2011, pulau ini berpenduduk 61 juta jiwa, dan menjadikannya pulau ke-3 terbanyak penduduknya, setelah Pulau Jawa di Indonesia, dan Honshu di Jepang.[7][8] Pulau ini adalah yang terbesar di Kepulauan Britania, yang juga meliputi Pulau Irlandia di sisi barat dengan lebih dari 1.000 pulau-pulau kecil di sekitarnya.[9]
Nama Britania ditambah "Raya" (bahasa Latin: Britannia major, bahasa Prancis: Grand-Bretagne, lit. "Britania Besar") untuk membedakan dengan wilayah Bretagne/Brittany (bahasa Latin: Britannia minor, lit. Britania Kecil) di Prancis. Karena bahasa resmi pemerintahan Inggris mulai dari tahun 1066 adalah bahasa Prancis, maka nama ini dipakai terus sampai bahasa Inggris menjadi bahasa resmi. Oleh para sejarawan, nama "Bretayne the Grete" dipakai pada tahun 1338. Namun, secara resmi nama ini baru dipakai oleh Raja James I pada tanggal 20 Oktober 1604. Kala itu dia bersumpah menyatakan bahwa dia adalah "Raja Britania Raya" dan tidak hanya Skotlandia dan Inggris saja, sebab Wales juga termasuk wilayahnya.
Britania Raya secara geografis mengacu pada nama pulau. Secara politis, nama ini merujuk pada keseluruhan negara Inggris, Skotlandia dan Wales, termasuk pulau-pulau kecil di lepas pantainya.[10] Secara teknis, "Britania Raya" tidak mencakup Irlandia Utara, jadi jika menggunakan istilah tersebut untuk merujuk pada keseluruhan Kerajaan Bersatu yang mencakup Irlandia Utara, meskipun Kamus Bahasa Inggris Oxford menyatakan "...istilah ini juga digunakan secara longgar untuk merujuk pada Kerajaan Bersatu."[11][12]
Demikian pula, Britania dapat merujuk pada semua pulau di Britania Raya, atau hanya pulau terbesarnya saja, atau pengelompokan negara secara politik.[13] Tidak ada perbedaan yang jelas, bahkan dalam dokumen pemerintah: buku tahunan pemerintah Britania Raya menggunakan kedua istilah Britania[14] dan Kerajaan Bersatu.[15]
Singkatan bahasa INggris GB dan GBR (Great Britain) digunakan sebagai pengganti UK (United Kingdom) di beberapa kode internasional untuk merujuk ke Britania Raya, termasuk Universal Postal Union, tim olahraga internasional negara ini, NATO, kode negara ISO 3166-2 dan ISO 3166-1 alpha-3.
Di Internet, .uk adalah ranah internet tingkat teratas untuk Britania Raya. Ranah internet .gb digunakan secara terbatas, namun kini tidak digunakan lagi; meskipun pendaftaran yang ada masih ada (terutama oleh organisasi pemerintah dan penyedia email), pendaftar nama domain tidak akan menerima pendaftaran baru.
Di Olimpiade, tim negara ini unik, karena Tim GB digunakan oleh Asosiasi Olimpiade Britania Raya untuk mewakili Tim Olimpiade Britania Raya. Federasi Olimpiade Irlandia mewakili seluruh pulau Irlandia, dan olahragawan Irlandia Utara dapat memilih untuk mewwakili salah satu tim,[16] most choosing to represent Ireland.[17]
Halaman ini berisi artikel tentang negara berdaulat. Untuk pulau yang merupakan wilayah dari negara ini, lihat
Perserikatan Kerajaan Britania Raya dan Irlandia Utara
Digunakan sehubungan dengan Skotlandia (kanan) dan daerah lainnya (kiri)
- Sensus Penduduk 2021/22
Britania Raya,[n] dengan nama resmi Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Utara,[o] atau secara informal dikenal dengan nama Inggris Raya, adalah negara di Eropa Barat Laut, terletak di lepas pantai Eropa daratan.[21][22] Negara ini terdiri dari Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara.[p][23] Di negara Britania Raya terdapat Pulau Britania Raya, bagian timur laut Pulau Irlandia, dan sebagian besar pulau-pulau berukuran kecil di Kepulauan Britania.[24] Irlandia Utara berbatasan di darat dengan Republik Irlandia; selebihnya, Britania Raya dikelilingi oleh Samudra Atlantik, Laut Utara, Selat Inggris, Laut Keltik, dan Laut Irlandia. Luas total Britania Raya adalah 94.354 mil persegi (244.376 km2),[e][12] dengan populasi yang diperkirakan hampir menyentuh 67,6 juta jiwa per tahun 2022.[13]
Pada tahun 1707, Kerajaan Inggris (di dalamnya terdapat Wales) dan Kerajaan Skotlandia memutuskan untuk bersatu melalui Perjanjian Persatuan sehingga menciptakan negara baru bernama Kerajaan Britania Raya. Undang-Undang Persatuan 1800 menjadikan Kerajaan Irlandia sebagai bagian dari Kerajaan Britania Raya sehingga menciptakan Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia yang efektif sejak tahun 1801. Sebagian besar Pulau Irlandia pada akhirnya memisahkan diri dari Britania Raya pada tahun 1922 dengan nama Negara Bebas Irlandia, maka dari itu diresmikan Undang-Undang Nama Monarki dan Parlemen 1927 sehingga negara ini memiliki nama baru, Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Utara, yang masih digunakan sampai sekarang.
Britania Raya merupakan negara industri pertama dan kekuatan utama dunia selama sebagian besar abad ke-19 dan awal abad ke-20, terutama selama zaman "Pax Britannica" yang dimulai dari tahun 1815 hingga 1914.[25][26] Pada puncak kejayaan di tahun 1920-an, Imperium Britania Raya menguasai hampir seperempat luas daratan dan populasi Bumi, dan menjadi kekaisaran terbesar dalam sejarah. Namun, keterlibatannya dalam Perang Dunia Pertama dan Perang Dunia Kedua telah melemahkan kekuatan ekonomi Britania Raya ditambah gelombang dekolonisasi yang menyeruak ke seluruh dunia mengakibatkan sebagian besar jajahan Britania Raya memerdekakan diri.[27][28][29] Pengaruh Britania Raya dapat diamati dalam sistem hukum dan politik di banyak bekas jajahannya, dan budaya Britania Raya masih berpengaruh secara global, khususnya dalam bidang bahasa, sastra, musik dan olahraga. Bahasa Inggris adalah bahasa yang paling banyak dituturkan dan bahasa asli ketiga yang paling banyak dituturkan.[30]
Britania Raya adalah negara monarki konstitusional dan demokrasi parlementer.[q][32] Britania Raya memiliki tiga yurisdiksi berbeda; Inggris dan Wales, Skotlandia dan Irlandia Utara.[33] Sejak tahun 1998, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara memikiki pemerintahan terdevolusi dan badan legislatifnya masing-masing sedangkan Inggris dipemerintahi langsung oleh Pemerintah Britania Raya.[34] Ibu kota sekaligus kota terbesar di Britania Raya (juga merupakan ibu kota dari negara konstituen Inggris) adalah London, sebuah metropolis dunia dengan populasi metropolitan lebih dari 14 juta jiwa. Kota Edinburgh, Cardiff, dan Belfast adalah ibu kota masing-masing untuk negara konstituen Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara. Kota besar lainnya yang belum disebutkan yaitu Birmingham, Manchester, Glasgow, Liverpool dan Leeds.
Britania Raya adalah negara maju dan memiliki ekonomi terbesar keenam menurut produk domestik bruto (PDB) nominal. Negara ini diakui sebagai negara pemilik nuklir, dan berada di peringkat keempat dunia dalam anggaran militer.[35][36] Britania Raya telah menjadi anggota permanen Dewan Keamanan PBB sejak pertama kali dibentuk pada tahun 1946. Negara ini adalah anggota dari Persemakmuran Bangsa-Bangsa, Majelis Eropa, G7, OECD, NATO, Five Eyes, AUKUS dan CPTPP.
Nama United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland diperkenalkan pada tahun 1927 dalam Undang-Undang Penamaan Kerajaan dan Parlemen. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kemerdekaan de facto Negara Bebas Irlandia, yang mengakibatkan terpecahnya Irlandia pada tahun 1922, meninggalkan Irlandia Utara sebagai satu-satunya bagian Pulau Irlandia yang masih berada di bawah kekuasaan Britania Raya.[37] Sebelumnya, menurut Undang-Undang Kesatuan 1800, yang menyatukan Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Irlandia pada tahun 1801, nama resminya adalah Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia. Britania Raya sebelum tahun 1801 kadang-kadang disebut sebagai "Kerajaan Bersatu Britania Raya".[38][39][40][41] Dalam Pasal 1 Undang-Undang Kesatuan 1927 dinyatakan bahwa Inggris dan Skotlandia "bersatu menjadi satu kerajaan bernama Britania Raya."[42][43][catatan 1] Istilah "kerajaan bersatu" digunakan secara tidak resmi abad ke-18 untuk menjelaskan negara baru, tetapi hanya secara resmi, saat penyatuan Irlandia pada tahun 1801.[44]
Meskipun Britania Raya sebagai negara berdaulat mencakup Inggris, Skotlandia, Wales dan (yang kontroversial) Irlandia Utara, tetapi Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara memiliki pemerintahan sendiri.[45][46] Situs resmi Perdana Menteri Britania Raya menggunakan istilah "negara dalam negara" untuk menggambarkan Britania Raya.[47] Sedangkan mengenai Irlandia Utara, nama yang digunakan "bisa menjadi kontroversial, dengan pilihan yang sering kali mengungkapkan preferensi politik seseorang."[48] Istilah lainnya yang digunakan untuk menggambarkan status Irlandia Utara adalah "region" dan "provinsi".[49][50]
Great Britain atau Britania Raya juga sering disebut sebagai Britain. Sumber-sumber pemerintah Britania Raya acapkali menggunakan istilah ini sebagai bentuk singkat untuk Britania Raya, sementara media massa pada umumnya juga menggunakan istilah tersebut, namun hal ini menunjukkan bahwa istilah "Britania Raya" itu hanya mengacu pada pulau utama yang meliputi Inggris, Skotlandia dan Wales.[51][52][53] Bagaimanapun juga, di negara-negara lain, istilah Great Britain lebih umum digunakan, terutama di Amerika Serikat, istilah Great Britain ini dianggap sebagai sinonim untuk "United Kingdom" (Kerajaan Bersatu").[54][55] Selain itu, tim Olimpiade United Kingdom juga berlaga di bawah nama Great Britain atau "Tim GB".[56][57] GB dan GBR adalah kode negara standar untuk Britania Raya (lihat ISO 3166-2:GB), dan akibatnya sering digunakan oleh organisasi internasional untuk merujuk ke Kerajaan Bersatu.
Pada tahun 2006, desain baru paspor Britania Raya mulai digunakan. Halaman pertama paspor tersebut menampilkan bentuk panjang nama negara dalam bahasa Inggris, Wales, dan Gaelik Skotlandia.[58] Dalam bahasa Wales, bentuk panjang nama negara adalah "Teyrnas Unedig Prydain Fawr a Gogledd Iwerddon", dengan "Teyrnas Unedig" digunakan sebagai nama pendek di situs resmi pemerintah.[59] Sedangkan dalam bahasa Gaelik Skotlandia, bentuk panjangnya adalah "Rìoghachd Aonaichte na Breatainne Mòire is Èireann a Tuath" dan bentuk pendeknya "Rìoghachd Aonaichte".
Kata sifat British umumnya digunakan untuk merujuk pada hal yang berhubungan dengan Britania Raya. Istilah ini tidak memiliki konotasi hukum yang pasti, namun istilah ini digunakan secara umum untuk merujuk pada kewarganegaraan Britania dan hal-hal yang berhubungan dengan nasionalitas.[60] Istilah "British" digunakan secara berbeda untuk menggambarkan identitas nasional warga Britania, atau untuk mengidentifikasi diri sebagai "orang Britania", atau sebagai orang Inggris, Skotlandia, Wales, Irlandia Utara, Irlandia,[61] atau keduanya.[62]
Dalam bahasa Indonesia istilah United Kingdom diterjemahkan menjadi "Kerajaan Bersatu", "Persatuan Kerajaan", atau "Perserikatan Kerajaan". Untuk membedakan dengan Inggris, maka ketika menyebut negara ini, digunakan nama Britania Raya.
Permukiman manusia modern yang kelak akan menjadi Britania Raya sudah terbentuk sejak sekitar 30.000 tahun yang lalu.[63] Pada akhir zaman prasejarah, populasi di wilayah ini diperkirakan telah terbentuk. Periode ini dinamakan dengan masa Kelts Insular, yang terdiri dari Britania Britonik dan Irlandia Gaelik.[64] Penaklukan oleh Romawi yang dimulai pada tahun 43 SM diikuti oleh invasi pemukim Jerman Anglo-Saxon ke wilayah yang kelak akan membentuk Wales.[65] Sebagian besar wilayah yang dihuni oleh Anglo-Saxon disatukan menjadi Kerajaan Inggris pada abad ke-10.[66] Sementara itu, penutur Gaelik di Inggris barat laut (yang terhubung ke Irlandia di timur laut dan secara tradisional telah terjadi migrasi dari sana pada abad ke-5)[67][68] bersatu dengan bangsa Pict dan kemudian membentuk Kerajaan Skotlandia pada abad ke-9.[69]
Pada tahun 1066, bangsa Normandia menyerang Inggris dan setelah penaklukannya, Normandia berhasil merebut sebagian besar Wales, menaklukkan sebagian besar Irlandia dan membentuk permukiman di Skotlandia, yang membawa masing-masing negara tersebut ke periode baru feodalisme yang berdasarkan model Prancis Utara dan kebudayaan Normandia-Prancis.[70] Kedatangan bangsa Normandia ini membawa pengaruh besar, namun pada akhirnya tetap mampu berasimilasi dengan kebudayaan lokal di masing-masing negara.[71] Raja Inggris pada abad pertengahan berhasil menaklukkan Wales namun upayanya untuk menaklukkan Skotlandia mengalami kegagalan. Setelah itu, Skotlandia tetap mempertahankan kemerdekaannya, meskipun sering berkonflik dengan Inggris. Monarki Inggris, dalam upayanya untuk merebut koloni Prancis, juga sering kali terlibat konflik dengan Prancis, terutama dalam Perang Seratus Tahun.[72]
Memasuki periode modern awal, Inggris dihadapkan pada konflik agama sebagai akibat reformasi dan diperkenalkannya gereja Protestan di masing-masing negara.[73] Wales sepenuhnya di klaim sebagai bagian dari Kerajaan Inggris,[74] dan Irlandia ditetapkan sebagai kerajaan dalam persatuan personal dengan Kerajaan Inggris.[75] Wilayah milik bangsa Gaelik Katolik yang merdeka disita oleh Kerajaan Inggris dan diberikan kepada pemukim Protestan dari Inggris dan Skotlandia, yang selanjutnya membentuk Irlandia Utara.[76] Pada tahun 1603, Kerajaan Inggris, Skotlandia dan Irlandia bersatu dalam penyatuan personal saat James VI, Raja Skotlandia, mewarisi mahkota Kerajaan Inggris dan Irlandia. James kemudian memindahkan istananya dari Edinburgh ke London. Meskipun demikian, setiap negara tetap menjadi entitas politik yang terpisah dan mempertahankan lembaga politik yang juga terpisah.[77][78] Pada pertengahan abad ke-17, ketiga kerajaan terlibat dalam serangkaian perang berkelanjutan (termasuk Perang Saudara Inggris) yang menyebabkan tergulingnya monarki dan terbentuknya negara republik kesatuan berumur pendek bernama Persemakmuran Inggris, Skotlandia dan Irlandia.[79][80] Meskipun monarki berhasil dipulihkan kembali, hal ini menandai (dengan meletusnya Revolusi Agung pada tahun 1688) bahwa sama seperti monarki-monarki Eropa lainnya, monarki mutlak tidak akan menang. Konstitusi Britania kemudian dikembangkan berdasarkan monarki konstitusional dan sistem parlementer.[81] Selama periode ini, terutama di Inggris, berkembangnya kekuatan angkatan laut mendorong dilakukannya penjelajahan seberang lautan untuk menjajah dan mendirikan koloni, terutama di Amerika Utara (lihat Imperium Britania).[82][83]
Pada tanggal 1 Mei 1707, Kerajaan Bersatu Britania Raya terbentuk sebagai hasil penyatuan politik Kerajaan Inggris dan Skotlandia berdasarkan Perjanjian Kesatuan yang disetujui pada tanggal 22 Juli 1706. Perjanjian ini kemudian disahkan oleh Parlemen Inggris dan Skotlandia dalam Undang-Undang Kesatuan 1707.[84][85][86]
Pada abad ke-18, Britania Raya memainkan peran penting dalam mengembangkan ide-ide Barat, terutama yang berkaitan dengan sistem parlementer dan menghasilkan kontribusi yang signifikan dalam bidang sastra, seni, dan ilmu pengetahuan.[87] Britania (terutama Inggris) memelopori Revolusi Industri yang mengubah perekonomian negara serta memicu berkembangnya Imperium Britania. Selama periode ini, Britania Raya, seperti negara-negara besar lainnya, terlibat dalam eksploitasi kolonial, termasuk perdagangan budak Atlantik, meskipun dengan disahkannya Undang-Undang Perdagangan Budak pada tahun 1807 Britania juga berperan penting dalam memerangi perdagangan budak.[88] Koloni di Amerika Utara telah menjadi fokus utama kegiatan kolonial Britania. Dengan kekalahan mereka dalam Perang Kemerdekaan Amerika Serikat, ambisi kolonial Britania berpaling ke wilayah lain, terutama ke India.[89]
Pada tahun 1800, saat perang masih berkecamuk dengan Prancis, Parlemen Britania Raya dan Irlandia mengesahkan Undang-Undang Kesatuan yang menyatukan dua kerajaan tersebut dan menciptakan Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia pada tanggal 1 Januari 1801.[90]
Setelah kekalahan Prancis dalam Perang Revolusi dan Perang Napoleon (1792-1815), Britania Raya mulai muncul sebagai kekuatan angkatan laut dan ekonomi utama yang tak tertandingi di dunia pada abad ke-19 (dengan London yang menjadi kota terbesar di dunia sejak tahun 1830).[91] Menjadi yang tak tertandingi di lautan, Inggris selanjutnya mengadopsi peran sebagai polisi global, yang kemudian dikenal dengan Pax Britannica.[92][93] Periode ini juga menjadi momen pertumbuhan ekonomi, kolonial dan industri yang pesat bagi Britania Raya. Britania Raya (dengan Inggris sebagai kekuatan utama) digambarkan sebagai "bengkel dunia",[94] dan Imperium Britania tumbuh sebagai imperium terbesar yang mencakup India, sebagian besar Afrika, dan wilayah lainnya. Bersamaan dengan kontrol tidak resmi yang dimilikinya, posisi dominan Britania Raya dalam perdagangan dunia ini berarti bahwa secara efektif Britania Raya bisa mengendalikan perekonomian banyak negara, seperti Tiongkok, Argentina dan Thailand.[95][96] Sementara itu, di dalam negeri terjadi pergeseran ke kebijakan perdagangan bebas dan laissez-faire. Negara ini mengalami peningkatan populasi yang besar selama abad tersebut, yang disertai dengan terjadinya gelombang urbanisasi besar-besaran, terutama ke London dan Manchester. Hal ini pada akhirnya menyebabkan munculnya tekanan sosial dan ekonomi yang signifikan.[97] Pada akhir abad ke-20, negara-negara lain seperti Jerman, Amerika Serikat, dan Uni Soviet mulai menyalib dominasi industri Britania Raya di kancah internasional.[98]
Britania Raya, bersama dengan Rusia, Prancis dan (setelah tahun 1917) Amerika Serikat adalah beberapa negara-negara besar yang menentang Imperium Jerman dan sekutunya dalam Perang Dunia I (1914-1918).[99] Angkatan Bersenjata Britania Raya berkembang pesat hingga memiliki lebih dari lima juta tentara,[100] dan melibatkan banyak negara-negara imperiumnya beserta beberapa daerah di Eropa. Hal ini menjadikannya sebagai Negara Barat Terdepan dalam Perang Dunia I. Britania Raya mengakhiri Perang Dunia I dengan kehilangan sekitar dua setengah juta jiwa dan utang nasional yang besar.[100] Setelah perang, Britania Raya menerima mandat Liga Bangsa-Bangsa atas bekas jajahan Jerman dan Utsmaniyah. Hal ini membuat Imperium Britania semakin luas, mencakup seperlima dari luas total bumi dan seperempat dari total populasi dunia pada saat itu.[101] Munculnya Nasionalisme Irlandia dan konflik yang terjadi selama tahun 1920-an mengakibatkan terpecahnya Irlandia pada tahun 1921.[102] Sebagai hasilnya, Negara Bebas Irlandia yang merdeka dengan status domini terbentuk pada tahun 1922, sedangkan Irlandia Utara tetap memilih untuk menjadi bagian Britania Raya.[103] Era Depresi Besar (1929-1932) terjadi ketika Britania Raya belum pulih sepenuhnya dari dampak peperangan dan menyebabkan munculnya kesusahan serta kerusuhan politik dan sosial di berbagai kota di Britania.[104]
Britania Raya adalah salah satu negara Sekutu dalam Perang Dunia II dan ikut serta dalam deklarasi pembentukan PBB. Setelah kekalahan sekutu Eropanya dalam tahun pertama perang, Britania Raya melanjutkan laga melawan Jerman, terutama dalam Pertempuran Britania dan Pertempuran Atlantik. Setelah kemenangannya, Britania Raya menjadi salah satu dari Tiga Kekuatan Besar yang bertemu untuk perencanaan dunia pasca-perang dunia. Perang ini meninggalkan Britania Raya dalam keterpurukan. Keuangan negara runtuh. Bantuan Marshall dan pinjaman dari Amerika Serikat dan Kanada-lah yang membantu Britania Raya dalam proses menuju pemulihan setelah Perang Dunia II.[105]
Partai Buruh yang berkuasa pada tahun-tahun pascaperang dunia segera memulai program perubahan radikal, yang menghasilkan dampak yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat Britania selama dekade berikutnya.[106] Di dalam negeri, industri-industri penting dan utilitas publik dinasionalisasi, Negara Kesejahteraan dibentuk, dan Layanan Kesehatan Nasional didirikan untuk mengelola kesehatan publik.[107] Menanggapi munculnya nasionalisme lokal, pemerintahan Partai Buruh menanggapinya dengan menerapkan kebijakan dekolonisasi negara-negara jajahan. Proses ini dimulai dengan pemberian kemerdekaan pada India dan Pakistan pada tahun 1947.[108] Selama tiga dekade berikutnya, sebagian besar negara-negara Imperium Britania yang diberi kemerdekaan dan menjadi negara berdaulat bergabung menjadi Negara-Negara Persemakmuran.
Meskipun peran politik Britania di kancah internasional menurun pasca terjadinya Krisis Suez pada tahun 1956, Britania Raya tetap menjadi salah satu dari lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan merupakan negara ketiga yang mengembangkan senjata nuklir (dengan bom atom pertama diuji pada tahun 1952). Penyebaran internasional bahasa Inggris juga menunjukkan pengaruhnya yang masih [atau pernah] dominan di dunia, terutama dalam bidang sastra dan budaya. Sementara itu, pada tahun 1960-an, budaya populernya juga berkembang dan memengaruhi dunia. Akibat kekurangan tenaga kerja pada tahun 1950, Pemerintah Britania menggalakkan dilakukannya migrasi besar-besaran dari Negara-Negara Persemakmuran. Hal ini menjadikan Britania sebagai negara multi-etnis selama dekade selanjutnya.[109] Pada tahun 1973, Britania Raya bergabung dengan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), dan ketika MEE berganti nama menjadi Uni Eropa pada tahun 1992, Britania Raya mencatatkan diri sebagai salah satu dari 12 negara pendirinya. Pada akhir 1960-an dan seterusnya, di Irlandia Utara merebak kekerasan komunal dan paramiliter (juga memengaruhi bagian lain dari Britania Raya dan Republik Irlandia). Peristiwa ini secara konvensional dikenal sebagai the Troubles. Peristiwa ini pada umumnya dianggap telah berakhir seiring dengan ditandatanganinya Persetujuan Belfast pada tahun 1998.[110][111][112]
Setelah periode lambatnya pertumbuhan ekonomi dan kemerosotan industri pada tahun 1970-an, Pemerintah Konservatif tahun 1980-an memulai kebijakan radikal deregulasi, khususnya dalam sektor keuangan, pasar tenaga kerja yang fleksibel, penjualan perusahaan-perusahaan negara (privatisasi), dan penarikan pajak kepada orang asing.[113] Sejak tahun 1984, dibantu dengan ditemukannya Minyak Laut Utara, Britania Raya mengalami era pertumbuhan ekonomi yang pesat.[114] Pada akhir abad ke-20 terjadi perubahan besar dalam Pemerintahan Britania Raya dengan pembentukan pemerintahan nasional bagi Irlandia Utara, Wales dan Skotlandia setelah dilakukannya referendum pralegislatif,[115] serta penggabungan secara hukum pada Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia. Pada tahun 2000-an, terdapat kontroversi yang berlangsung di dalam negeri mengenai invasi militer Britania Raya ke luar negeri, khususnya ke Irak dan Afghanistan.[116]
Luas total dari Britania Raya adalah sekitar 243.610 kilometer persegi (94.060 sq mi). Negara ini menempati bagian utama dari Kepulauan Britania,[117] termasuk Pulau Britania Raya, seperenam dari Pulau Irlandia di barat laut dan beberapa pulau-pulau kecil yang mengelilinginya. Britania Raya terletak di antara Samudra Atlantik Utara dan Laut Utara. Pantai tenggaranya berjarak sekitar 35 kilometer (22 mi) dari pantai utara Prancis, yang dipisahkan oleh Selat Inggris.[118] Pada tahun 1993, 10% dari luas total kawasan Britania terdiri dari hutan, 46% digunakan sebagai kawasan padang rumput untuk kepentingan peternakan, sedangkan 25%-nya digunakan untuk tujuan pertanian.[119] Observatorium Kerajaan di Greenwich, London merupakan titik pusat dari Meridian Utama.
Britania Raya terletak di antara 49° sampai 61° lintang utara, dan 9° BB sampai 2° BT. Irlandia Utara berbagi perbatasan darat sepanjang 360-kilometer (224 mi) dengan Republik Irlandia.[118] Britania Raya mempunyai garis pantai sepanjang 17.820 kilometer (11.073 mi).[120] Negara ini dihubungkan ke benua Eropa oleh Terowongan Channel, terowongan bawah laut sepanjang 50 kilometer (31 mi) (38 kilometer (24 mi) di bawah laut). Terowongan ini merupakan terowongan bawah laut terpanjang di dunia.[121]
Inggris menempati separuh lebih dari total luas Britania Raya, dengan luas sekitar 130.395 kilometer persegi (50.350 sq mi).[122] Sebagian besar topografi Inggris terdiri dari dataran rendah,[119] dengan kawasan pegunungan berada di barat laut garis Tees-Exe, termasuk Pergunungan Cumbria di sepanjang Danau District, Pennines dan bukit kapur di Puncak District, Exmoor, dan Dartmoor. Sungai-sungai dan muara utama di Inggris adalah Sungai Thames, Sungai Severn dan Humber. Gunung tertinggi di Inggris adalah gunung Scafell Pike (978 meter (3.209 ft)) yang berlokasi di Danau District. Sungai utamanya adalah Severn, Thames, Humber, Tees, Tyne, Tweed, Avon, Exe dan Mersey.[119]
Skotlandia menempati kurang lebih sepertiga dari total luas Britania Raya, dengan luas 78.772 kilometer persegi (30.410 sq mi),[123] termasuk pulau-pulau yang jumlahnya hampir delapan ratus pulau,[124] terutama di sebelah barat dan utara dari daratan utama Britania. Pulau-pulau ini di antaranya Hebrides, Orkney, dan Shetland. Topografi Skotlandia agak menonjol karena adanya Sesar Batas Dataran Tinggi (Highland Boundary Fault), sebuah sesar patahan geologi yang membentang dari Pulau Arran di bagian barat hingga ke Stonehaven di sebelah timur.[125] Garis sesar ini juga memisahkan Skotlandia menjadi dua wilayah yang saling berbeda, yaitu dataran tinggi di utara dan barat dan dataran rendah di bagian selatan dan timur. Wilayah dataran tinggi topografinya lebih kasar dan mencakup sebagian besar tanah pegunungan Skotlandia, termasuk Ben Nevis (1.343 meter (4.406 ft)), yang merupakan puncak tertinggi di Kepulauan Britania.[126] Sedangkan wilayah dataran rendah topografinya lebih rata, terutama yang berada di kawasan antara Firth of Clyde dan Firth of Forth yang dikenal sebagai Central Belt, dan di sinilah terletak sebagian besar penduduk Skotlandia, termasuk kota terbesar, Glasgow, dan ibu kota serta pusat pemerintahan Skotlandia, Edinburgh.
Wales menempati kurang lebih sepersepuluh dari luas total Britania Raya, dengan luas sekitar 20.779 kilometer persegi (8.020 sq mi).[127] Topografi Wales sebagian besar bergunung-gunung, cuma kawasan Wales Selatan yang kurang gunungnya dibandingkan dengan Wales Utara dan Tengah. Kawasan kependudukan dan perindustrian utama terletak di Wales Selatan, yang meliputi kota-kota di pesisir pantai seperti Cardiff, Swansea dan Newport, serta juga kawasan South Wales Valleys di sebelah utara kota-kota tersebut. Gunung-gunung tertinggi di Wales berada di Snowdonia, termasuk gunung Snowdon (bahasa Wales: Yr Wyddfa), dengan ketinggian sekitar 1.085 meter (3.560 ft) dan merupakan puncak tertinggi di Wales.[119] Terdapat 14 (atau 15) gunung di Wales yang tingginya mencapai 3.000 kaki (914 m). Gunung-gunung ini secara kolektif dikenal dengan sebutan Welsh 3000s. Wales memiliki garis pantai sepanjang lebih dari 1.200 km (750 mil). Terdapat beberapa pulau yang lokasinya berdekatan dengan daratan Wales; yang terbesar adalah Anglesey (Ynys Môn) di barat laut.
Irlandia Utara hanya menempati 14.160 kilometer persegi (5.470 sq mi) dari luas total Britania Raya dan sebagian besar topografinya terdiri dari perbukitan. Kawasan ini juga mencakup danau Lough Neagh (388 kilometer persegi (150 sq mi)), yang merupakan danau terbesar di Britania Raya dan Pulau Irlandia.[128] Puncak tertinggi di Irlandia Utara adalah Slieve Donard pada ketinggian 852 meter (2.795 ft) di Pegunungan Mourne.[119]
Britania Raya memiliki iklim subtropis, dengan curah hujan berlimpah sepanjang tahun.[118] Suhunya bervariasi, menyesuaikan dengan musim tetapi suhunya jarang turun di bawah −11 °C (12 °F) atau melampaui 35 °C (95 °F).[129] Angin pada umumnya datang dari arah barat daya, sering kali membawa cuaca yang sedang dan lembap dari Samudra Atlantik.[118] Bagian timur merupakan wilayah yang paling kering karena terlindung dari angin ini. Arus Atlantik yang dihangatkan oleh Arus Gulf menghantarkan cuaca musim dingin yang sedang, terutama di wilayah bagian barat, di mana musim dinginnya pada umumnya lembap, khususnya di dataran tinggi. Musim panas paling panas terjadi di bagian tenggara Inggris yang lokasinya paling dekat dengan benua Eropa, sedangkan yang paling sejuk terdapat di wilayah bagian utara. Salju padat biasanya turun pada musim dingin dan awal musim semi di dataran tinggi, namun jarang sekali salju padat yang turun di wilayah yang bukan dataran tinggi.[130]
Masing-masing negara di Britania Raya memiliki sistem administratif dan demarkasi geografis tersendiri. Kebanyakan sudah terbentuk sebelum berdirinya Britania Raya. Akibatnya, tidak ada strata umum unit administratif yang secara resmi digunakan di Britania Raya.[131] Sampai abad ke-19, dilakukan sejumlah perubahan kecil menyangkut peraturan tersebut, namun perubahan ini tidak berlaku secara seragam pada pemerintahan daerah di Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara.[132]
Unit-unit pemerintahan daerah di Inggris sangat kompleks, dengan pendistribusian fungsi yang bervariasi sesuai dengan peraturan daerah setempat. Undang-undang mengenai pemerintahan daerah di Inggris ditetapkan oleh Parlemen Britania Raya dan Pemerintah Britania Raya karena Inggris tidak memiliki parlemen yang berdiri sendiri. Sub-divisi tingkat atas di Inggris terdiri dari sembilan region kantor pemerintahan atau disebut juga dengan region kantor pemerintahan Uni Eropa.[133] Salah satu region, yaitu London Raya, telah melakukan pemilihan umum wali kota dan majelis langsung sejak tahun 2000 setelah dilakukannya referendum pada tahun 2008.[134] Pada awalnya dimaksudkan bahwa region lain juga akan diberi hak untuk melakukan pemilihan langsung atas majelis regional mereka, namun adanya penolakan dari majelis di Inggris Timur Laut dalam referendum tahun 2004 membuat rencana ini berhenti diajukan.[135] Pemerintahan daerah tingkat dua di Inggris terdiri dari county dan distrik atau otoritas kesatuan serta London yang terdiri dari 32 borough London. Anggota dewan dipilih dengan sistem pemilihan suara terbanyak (first-past-the-post voting) dengan anggota tunggal atau melalui sistem pemilihan suara kelompok (multi-member plurality) dengan banyak anggota.[136]
Pemerintahan daerah di Skotlandia terbagi atas 32 sub-divisi, dengan luas dan populasi yang bervariasi. Kota-kota seperti Glasgow, Edinburgh, Aberdeen dan Dundee memiliki dewan pemerintahan yang terpisah, begitu juga dengan wilayah yang berada dalam otoritas Dewan Dataran Tinggi (Highland Council) yang mencakup sepertiga dari luas total Skotlandia dan lebih dari 200.000 jiwa penduduk. Kekuasaan dalam pemerintahan lokal dipegang oleh anggota dewan terpilih, di mana saat ini terdapat 1.222 anggota dewan,[137] dan masing-masingnya dibayar dengan gaji paruh-waktu. Pemilihan umum dilakukan dengan sistem pemilihan suara tunggal berpindah (single transferable vote) dengan banyak anggota yang memilih tiga atau empat anggota dewan. Setiap dewan memilih seorang Provost atau Convenor untuk memimpin sidang dewan dan bertindak sebagai wakil daerahnya. Anggota dewan tunduk pada kode etik yang ditetapkan oleh Komisi Standar Skotlandia.[138] Asosiasi perwakilan pemerintahan daerah untuk Skotlandia adalah Konvensi Otoritas Lokal Skotlandia (Convention of Scottish Local Authorities, COSLA).[139]
Pemerintahan daerah di Wales terdiri dari 22 otoritas kesatuan (unitary authorities). Otoritas ini termasuk kota Cardiff, Swansea dan Newport yang memiliki kewenangan tersendiri atas otoritas mereka.[140] Pemilihan umum diadakan setiap empat tahun sekali dengan menggunakan sistem pemilihan suara terbanyak.[141] Pemilihan terakhir dilangsungkan pada bulan Mei 2008. Asosiasi Pemerintahan Daerah Wales (Welsh Local Government Association) mewakili kepentingan otoritas lokal di Wales.[142]
Pemerintah daerah di Irlandia Utara, sejak tahun 1973, terdiri dari 26 distrik, masing-masing anggota dewannya dipilih melalui sistem single transferable vote. Kekuasaan mereka terbatas pada layanan-layanan seperti pengelolaan sampah, [sic] pengawasan anjing liar, serta memelihara taman dan pemakaman.[143] Pada tanggal 13 Maret 2008, eksekutif menyetujui proposal pembentukan 11 dewan baru untuk menggantikan sistem yang lama.[144] Pemilihan umum lokal berikutnya ditunda sampai tahun 2011 untuk memfasilitasi pembentukan sistem yang baru ini.[145]
Britania Raya memiliki kedaulatan atas tujuh belas wilayah yang tidak membentuk bagian dari Britania Raya: empat belas Wilayah Seberang Laut Britania,[147] dan tiga Dependensi Mahkota (Crown Dependencies).[148]
Keempat belas Wilayah Seberang Laut Britania Raya tersebut adalah: Anguilla, Bermuda, Wilayah Antarktika Britania, Wilayah Samudra Hindia Britania, Kepulauan Virgin Britania Raya, Kepulauan Cayman, Kepulauan Falkland, Gibraltar, Montserrat, Saint Helena, Ascension dan Tristan da Cunha, Kepulauan Turks dan Caicos, Kepulauan Pitcairn, Georgia Selatan dan Kepulauan Sandwich Selatan, dan Kawasan Pangkalan Berdaulat di Siprus.[149] Klaim Britania atas Antarktika tidak diakui secara universal.[150] Secara keseluruhan, Wilayah Seberang Laut Britania ini mencakup luas sekitar 667.018 mil persegi (1.727.570 km2) dan jumlah penduduk sekitar 260.000 jiwa.[151] Wilayah-wilayah ini adalah sisa-sisa dari Imperium Britania dan beberapa wilayah telah secara khusus memilih untuk tetap menjadi bagian dari Britania Raya (Bermuda pada tahun 1995 dan Gibraltar pada tahun 2002).
Dependensi Mahkota Britania Raya adalah wilayah-wilayah yang dimiliki oleh Kerajaan Britania Raya, berkebalikan dengan Wilayah Seberang Laut Britania yang dimiliki oleh Pemerintah Britania Raya.[152] Wilayah-wilayah ini terdiri dari Kepulauan Channel dan Bailiwicks di Jersey dan Guernsey yang terdapat di Selat Inggris serta Pulau Man di Laut Irlandia. Secara yurisdiksi dan administratif, wilayah-wilayah ini bukanlah bagian dari Britania Raya ataupun Uni Eropa, meskipun Pemerintah Britania memiliki kewenangan atas hubungan internasional dan pertahanan nasional mereka. Pemerintah Britania juga memiliki kewenangan untuk menerapkan peraturan dan UU atas nama Britania Raya. Kekuasaan untuk mengesahkan UU yang melibatkan pulau-pulau tersebut terletak pada majelis legislatif di masing-masing pulau, dengan persetujuan dari Kerajaan (Dewan Privy, atau, seorang Letnan-Gubernur untuk hal-hal tertentu di Pulau Man).[153] Sejak tahun 2005, masing-masing Dependensi Mahkota ini memiliki seorang Perdana Menteri yang bertindak sebagai Kepala Pemerintahan.[154]
Britania Raya adalah sebuah negara kesatuan di bawah monarki konstitusional. Raja Charles III merupakan kepala negara Britania Raya dan juga 15 Negara-Negara Persemakmuran lainnya. Kerajaan memiliki "hak untuk mengkonsultasikan, hak untuk menganjurkan dan hak untuk memperingatkan."[155] Konstitusi Britania Raya bersifat tidak terkode (uncodified constitution),[156] yang merupakan salah satu dari tiga negara di dunia yang menggunakan sistem ini.[catatan 2] Oleh sebab itu, konstitusi Britania Raya sebagian besar terdiri dari sumber tertulis yang berbeda-beda, termasuk undang-undang, preseden ketetapan hakim, serta perjanjian internasional dan konvensi konstitusional. Karena tidak adanya perbedaan teknis antara undang-undang biasa dengan "undang-undang konstitusional", Parlemen Britania Raya dapat melakukan "reformasi konstitusi" hanya dengan mengesahkan Akta Parlemen, dan dengan demikian memiliki kekuasaan untuk mengubah atau menghapus hampir semua unsur tertulis ataupun yang tidak tertulis dalam konstitusi. Namun, tidak ada parlemen yang boleh mengesahkan undang-undang yang tidak bisa diubah oleh parlemen pada masa depan.[157]
Britania Raya memiliki sistem pemerintahan parlementer yang berlandaskan pada sistem Westminster yang telah ditiru di seluruh dunia sebagai warisan dari Imperium Britania. Parlemen Britania Raya yang bersidang di Istana Westminster terdiri dari dua kamar (dewan), yaitu Dewan Rakyat (House of Commons) yang beranggotakan anggota terpilih, dan Dewan Pertuanan (House of Lords) yang beranggotakan anggota terlantik. Setiap Rancangan Undang-Undang (RUU) yang disahkan membutuhkan Persetujuan Kerajaan (Royal Assent) supaya bisa menjadi undang-undang baru.
Posisi Perdana Menteri selaku Kepala Pemerintahan Britania Raya,[158] dipegang oleh seorang anggota parlemen yang mampu meraih kepercayaan dari mayoritas anggota House of Commons. Biasanya yang memperoleh kepercayaan ini adalah pemimpin partai politik terbesar di kamar (dewan) itu. Perdana Menteri beserta kabinetnya dilantik secara resmi oleh Ratu untuk membentuk Pemerintahan Baginda (Her Majesty’s Government). Namun, sebenarnya Perdana Menterilah yang memilih menteri-menterinya, dan secara konvensional Ratu menghormati pilihan Perdana Menteri tersebut.[159]
Anggota kabinet lazimnya dipilih dari kalangan anggota partai Perdana Menteri di kedua kamar, kebanyakan berasal dari Dewan Rakyat, yang harus mereka pertanggungjawabkan. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh Perdana Menteri dan Kabinet, mereka semua disumpah di hadapan Dewan Privy Britania Raya (Privy Council of the United Kingdom), dan dinobatkan menjadi Menteri Mahkota (Ministers of the Crown). Rt. Hon. David Cameron, pemimpin Partai Konservatif, memegang jabatan Perdana Menteri, Bendahara Agung dan Menteri Pelayanan Sipil sejak 11 Mei 2010.[160] Untuk pemilihan anggota Dewan Rakyat, Britania Raya saat ini terbagi menjadi 650 daerah pemilihan.[161] Masing-masing daerah pemilihan memilih seorang anggota parlemen dengan cara "pluralitas sederhana (simple plurality voting system). Pemilihan umum diadakan oleh Kerajaan atas nasihat dari Perdana Menteri. Akta Parlemen 1911 dan 1949 mewajibkan pemilu baru diadakan dengan waktu tidak lebih lima tahun berselang dari pemilu sebelumnya.[162]
Tiga partai politik utama di Britania Raya adalah Partai Konservatif, Partai Buruh, dan Liberal Demokratis. Dalam Pemilihan Umum Britania Raya 2010, tiga partai tersebut berhasil memenangkan 622 dari 650 kursi di Dewan Rakyat,[163] dengan rincian: 621 kursi diperoleh dari pemilu, dan satu kursi berasal dari hasil pemilu kecil yang tertunda di Thirsk dan Malton.[164] Kursi-kursi yang selebihnya diraih oleh partai-partai kecil yang hanya bertanding di kawasan tertentu saja, yaitu Partai Nasional Skotlandia (hanya di Skotlandia), Plaid Cymru (hanya di Wales), dan Partai Buruh dan Demokratis Sosial, Partai Kesatuan Demokratis, Partai Kesatuan Ulster, dan Sinn Féin (hanya di Irlandia Utara, namun Sinn Féin juga bertanding dalam Pemilu di Republik Irlandia). Sesuai dengan kebijakan partai, tidak ada anggota parlemen terpilih dari partai Sinn Féin yang pernah menghadiri Dewan Rakyat untuk berbicara atas nama daerah pemilihan mereka karena anggota parlemen diharuskan untuk mengambil sumpah setia kepada Ratu (yang mana hal ini ditentang oleh Sinn Féin). Meskipun demikian, para anggota parlemen yang berasal dari Sinn Féin (saat ini berjumlah lima orang) masih diperkenankan untuk mempergunakan fasilitas kantor yang tersedia di Westminster sejak tahun 2002.[165] Untuk pemilihan Parlemen Eropa, Britania Raya saat ini diwakili oleh 72 anggota parlemen yang terpilih di 12 daerah pemilihan multi-anggota.[166]
Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara masing-masing memiliki pemerintahan atau badan eksekutif tersendiri yang dipimpin oleh seorang Menteri Pertama (First Minister) (atau, dalam kasus Irlandia Utara, dwi-kekuasaan; Menteri Pertama dan Wakil Menteri Pertama), dan badan legislatif unikameral (sistem satu kamar atau eka-dewan). Inggris sebagai negara terbesar di Britania Raya tidak memiliki badan eksekutif atau legislatif tersendiri, sebaliknya fungsi-fungsi tersebut dipikul secara langsung oleh Kerajaan dan Parlemen Britania Raya. Situasi ini telah menimbulkan persoalan menyangkut hakikat bahwa anggota parlemen dari Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara dapat melakukan pemungutan suara atas permasalahan yang berkenaan dengan Inggris yang ditangani oleh delegasi badan legislatif negara masing-masing.[167]
Pemerintah dan Parlemen Skotlandia memiliki wewenang yang luas atas setiap hal yang secara spesifik tidak dikhususkan untuk menjadi wewenang dari Parlemen Britania Raya, termasuk masalah pendidikan, kesehatan, undang-undang Skotlandia dan pemerintah daerah.[168] Dalam pemilu 2011, Partai Nasional Skotlandia (SNP) memenangkan mayoritas suara di Parlemen Skotlandia dan pemimpinnya, Alex Salmond, terpilih menjadi Menteri Pertama Skotlandia.[169][170] Pemerintah Wales dan Majelis Nasional untuk Wales (National Assembly for Wales) memiliki kekuasaan yang lebih terbatas dibanding dengan yang diserahkan ke Skotlandia.[171] Namun setelah disahkannya Akta Majelis pada tahun 2006, majelis dapat membuat undang-undang dalam bidang-bidang tertentu tanpa harus meminta persetujuan dari Westminster. Dalam pemilu 2011, Partai Buruh yang dipimpin oleh Carwyn Jones berhasil memenangkan suara mayoritas.[172] Badan-badan eksekutif dan legislatif di Irlandia Utara memiliki wewenang yang setara dengan yang diserahkan kepada Skotlandia. Badan eksekutifnya dipimpin oleh dua orang, masing-masingnya mewakili Majelis Kesatuan dan Nasionalis. Untuk saat ini, jabatan tersebut dipegang oleh Peter Robinson (Partai Kesatuan Demokratis) sebagai Menteri Pertama dan Martin McGuinness (Sinn Féin) sebagai Wakil Menteri Pertama.[173]
Britania Raya tidak memiliki undang-undang tertulis dan konstitusi lainnya yang mengatur mengenai pelimpahan kekuasaan ke Skotlandia, Wales atau Irlandia Utara. Di bawah doktrin kedaulatan Parlemen, Parlemen Britania Raya secara teori memiliki kewenangan untuk menghapuskan Parlemen Skotlandia, Majelis Wales atau Majelis Irlandia Utara.[174][175] Pada tahun 1972, Parlemen Britania Raya secara sepihak membekukan Parlemen Irlandia Utara, menetapkan preseden yang relevan dengan tata cara pelimpahan kekuasaan.[176] Dalam praktiknya, ada kemungkinan bahwa Parlemen Britania Raya akan menghapuskan segala hal yang berkaitan dengan pelimpahan kekuasaan ini mengingat kendala politik yang diciptakan oleh hasil referendum yang masih belum jelas.[177] Kendala politik yang timbul berkenaan dengan pelimpahan kekuasaan pada Irlandia Utara lebih besar ketimbang Wales dan Skotlandia, mengingat bahwa pelimpahan kekuasaan ke Irlandia Utara juga bersandar pada perjanjian internasional yang disetujui bersama Pemerintah Irlandia.[178]
Britania Raya adalah salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB, anggota Negara-Negara Persemakmuran, G8, G7, G20, NATO, OECD, WTO, Majelis Eropa, OSCE, dan Uni Eropa. Britania Raya memiliki “Hubungan Istimewa” dengan Amerika Serikat,[179][180] dan menjalin kemitraan yang erat dengan Prancis (entente cordiale) dalam pengembangan senjata nuklir. Britania Raya juga berhubungan erat dengan Republik Irlandia dalam hal berbagi Kawasan Perjalanan Umum (Common Travel Area) dan banyak warga negara Irlandia yang menjadi anggota Angkatan Bersenjata Britania Raya.[181] Selain itu, Britania Raya juga berhubungan erat dengan Portugal sejak disahkannya Perjanjian Windsor pada tahun 1386. Hubungan ini merupakan hubungan internasional tertua di dunia yang masih tetap bertahan hingga saat ini.[182] Sekutu erat Britania lainnya termasuk negara-negara Uni Eropa lainnya dan negara-negara anggota NATO, Persemakmuran, serta Jepang. Keberadaan dan pengaruh global Britania Raya diperluas lagi melalui hubungan perdagangan, investasi asing, bantuan pembangunan resmi dan angkatan bersenjata.[183]
Militer Britania Raya secara resmi dikenal sebagai Angkatan Bersenjata Yang Mulia (Her Majesty's Armed Forces). Namun, juga dikenal dengan nama Angkatan Bersenjata Britania Raya atau Angkatan Bersenjata Mahkota (Armed Forces of the Crown).[184] Angkatan Bersenjata ini mencakup Angkatan Laut atau Naval Service (termasuk Royal Navy, Royal Marinir dan Royal Fleet Auxiliary), Angkatan Darat Britania (British Army), serta Angkatan Udara Kerajaan (Royal Air Force).[185] Semua pasukan-pasukan ini dikelola oleh Kementerian Pertahanan dan dikendalikan oleh Dewan Pertahanan, serta dipimpin oleh Sekretaris Negara untuk Pertahanan. Komandan Kepala untuk Angkatan Bersenjata Britania Raya adalah Monarki Britania Raya,[186] yaitu Raja Charles III, yang mana kepada ialah para pasukan angkatan bersenjata bersumpah setia.
Secara historis, Angkatan Bersenjata Britania Raya telah memainkan peran kunci dalam membangun Imperium Britania sebagai kekuatan yang dominan di dunia. Angkatan Bersenjata ini telah terlibat dalam sejumlah perang besar yang melibatkan kekuatan dunia lainnya, seperti Perang Tujuh Tahun, Perang Napoleon, Perang Krimea, Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Berulang kali mencapai kejayaan, Britania Raya telah memengaruhi peristiwa dunia dengan kebijakannya dan muncul sebagai kekuatan militer dan ekonomi terkemuka di dunia. Meskipun Imperium Britania telah runtuh, Britania Raya tetap menjadi kekuatan besar dunia dan Angkatan Bersenjata Britania Raya adalah salah satu angkatan bersenjata terbesar dan paling berteknologi canggih di dunia.
Angkatan Bersenjata Britania Raya bertanggung jawab untuk melindungi Britania Raya dan wilayah-wilayah seberang lautnya, mempromosikan kepentingan keamanan Britania Raya ke penjuru dunia, serta mendukung upaya-upaya perdamaian internasional. Angkatan Bersenjata ini berpartisipasi secara aktif dalam operasi-operasi gabungan internasional seperti NATO, Perjanjian Pertahanan Lima Negara, RIMPAC, dan sebagainya. Garnisun dan berbagai fasilitas militer didirikan di Pulau Ascension, Belize, Brunei, Kanada, Diego Garcia, Kepulauan Falkland, Jerman, Gibraltar, Kenya, Siprus, dan Qatar.[187]
Menurut berbagai sumber, termasuk Stockholm International Peace Research Institute dan Kementerian Pertahanan, Britania Raya memiliki pengeluaran militer tertinggi keempat di dunia. Jumlah anggaran militer saat ini menghabiskan sekitar sekitar 2,3% - 2,6% dari total PDB nasional.[188]
Royal Navy adalah salah satu dari tiga angkatan laut air-biru (blue-water navy) yang terkemuka di dunia, dua negara lainnya adalah Prancis dan Amerika Serikat).[189] Angkatan laut ini bertanggung jawab untuk melindungi Penangkal Nuklir Britania (UKs Nuclear Deterrent) melalui empat Kapal Selam Kelas Vanguard. Royal Navy mengoperasikan sejumlah besar armada kapal, termasuk kapal induk, kapal perang amfibi, Landing Platform Dock, kapal selam nuklir, kapal perusak berpeluru kendali, fregat, mine-countermeasure vessel, dan kapal patroli. Dalam waktu dekat, dua kapal induk baru, yaitu HMS Queen Elizabeth dan HMS Prince of Wales juga akan melayani Royal Navy.
Pasukan Khusus Britania Raya (United Kingdom Special Forces), seperti Special Air Service dan Special Boat Service, menyediakan pasukan-pasukan yang cepat tanggap dan terlatih dalam mengatasi masalah-masalah terorisme, perbatasan, maritim, dan operasi amfibi. Seringkali kerahasiaan atau taktik terselubung dibutuhkan dalam pasukan ini.
Kebijakan pertahanan baru-baru ini menyatakan asumsi bahwa perlunya menyertakan gabungan pasukan koalisi dalam "operasi yang paling mendesak".[190] Dengan mengesampingkan intervensi di Sierra Leone, operasi militer Britania Raya di Bosnia, Kosovo, Afghanistan, Irak, dan terakhir, Libya, telah menggunakan pendekatan ini. Perang terakhir di mana militer Britania Raya berjuang sendiri adalah Perang Falklands pada tahun 1982, dan pada saat itu kemenangan berpihak kepada mereka.
Britania Raya tidak memiliki sistem hukum tunggal karena negara ini terbentuk oleh kesatuan negara-negara yang telah merdeka terlebih dahulu. Selain itu, dalam Pasal 19 dari Perjanjian Kesatuan 1706, dinyatakan bahwa negara menjamin kesinambungan perwujudan sistem hukum Skotlandia yang terpisah.[191] Saat ini, Britania Raya memiliki tiga sistem hukum yang berbeda, yaitu: Hukum Inggris, Hukum Irlandia Utara dan Hukum Skotlandia. Perubahan konstitusi baru-baru ini menyebabkan lahirnya Mahkamah Agung Britania Raya (Supreme Court of the United Kingdom) baru yang menggantikan Komite Banding House of Lords (Appellate Committee of the House of Lords) sejak bulan Oktober 2009.[192][193] Komite Yudisial Dewan Privi (Judicial Committee of the Privy Council) yang terdiri dari para anggota-anggota di Mahkamah Agung, merupakan pengadilan banding tertinggi bagi beberapa negara-negara Persemakmuran merdeka, Wilayah Seberang Laut Britania dan Dependensi Mahkota.
Hukum Inggris berlaku di Inggris dan Wales, dan hukum Irlandia Utara berdasarkan pada prinsip-prinsip hukum umum (common law).[194] Esensi dari hukum umum ini adalah bahwa hukum ini harus tunduk pada undang-undang Britania Raya. Pengadilan-pengadilan di Inggris dan Wales dikepalai oleh Pengadilan Senior (Senior Courts) yang terdiri dari Pengadilan Banding (Court of Appeal), Pengadilan Tinggi (High Court, untuk kasus-kasus perdata) dan Pengadilan Mahkota (Crown Court, untuk kasus-kasus pidana). Mahkamah Agung merupakan pengadilan tertinggi untuk kasus-kasus banding baik pidana maupun perdata di Inggris, Wales, dan Irlandia Utara, dan keputusan-keputusan yang dibuatnya mengikat semua pengadilan lain dalam yurisdiksi yang sama, dan sering kali memiliki efek persuasif di yurisdiksi yang lain.[195]
Skotlandia berlandaskan pada Hukum Skotlandia, sebuah sistem hibrid yang berasaskan pada prinsip hukum umum dan hukum sipil (civil law). Pengadilan-pengadilan utamanya adalah Pengadilan Sesi (Sessions Court) untuk kasus-kasus perdata,[196] dan Pengadilan Tinggi Penjabat (High Court of Justiciary) untuk kasus-kasus pidana.[197] Mahkamah Agung Britania Raya berfungsi sebagai pengadilan banding tertinggi untuk kasus-kasus perdata di bawah hukum Skotlandia.[198] Pengadilan Sheriff (Sheriff Court) menangani kasus-kasus perdata dan pidana, termasuk mengadakan persidangan pidana berjuri yang dikenal sebagai sheriff solemn court, ataupun pengadilan sheriff tanpa juri tanpa (sheriff summary court).[199] Sistem hukum Skotlandia ini unik karena memiliki tiga putusan dalam persidangan kasus pidana, yaitu: “bersalah”, “tidak bersalah” ataupun “tidak terbukti”. Putusan “tidak bersalah” dan “tidak terbukti” menyebabkan pembebasan tanpa kemungkinan dilakukannya sidang ulangan.[200]
Menurut data dari Statistik Kriminalitas Britania Raya, kriminalitas di Inggris dan Wales meningkat pada periode antara tahun 1981 dan 1995, meskipun telah terjadi penurunan secara keseluruhan dari 48% dalam kriminalitas pada periode 1995-2007/2008.[201] Populasi penghuni penjara di Inggris dan Wales juga meningkat hampir dua kali lipat pada periode yang sama menjadi lebih dari 80.000 narapidana, menjadikan Inggris dan Wales sebagai negara dengan peringkat tertinggi jumlah narapidananya di Eropa Barat dengan rasio 147 napi per 100.000 jiwa.[202] Layanan Penjara Baginda (Her Majesty's Prison Service), yang bertanggung jawab kepada Kementerian Kehakiman, mengelola sebagian besar penjara di Inggris dan Wales. Kriminalitas di Skotlandia sebaliknya turun hingga ke tingkat terendah dalam 32 tahun terakhir pada tahun 2009/2010 (turun sepuluh persen).[203] Pada saat yang sama populasi penjara Skotlandia dihuni oleh sekitar 8.000 tahanan,[204] di mana hal ini jauh di atas kapasitas desain penjara di Skotlandia.[205] Layanan Penjara Skotlandia, yang bertanggung jawab kepada Sekretaris Kabinet untuk Kehakiman, bertugas mengelola penjara-penjara di Skotlandia. Pada tahun 2006 sebuah laporan yang diterbitkan oleh Surveillance Studies Network menyatakan bahwa Britania Raya memiliki tingkat penjagaan penjara tertinggi dibandingkan dengan negara-negara industri Barat lainnya.[206]
Britania Raya mempunyai ekonomi pasar yang diatur sebagian.[207] Berdasarkan nilai tukar pasar, saat ini Britania Raya merupakan negara dengan ekonomi terbesar keenam di dunia dan terbesar kedua di Eropa setelah Jerman.[208] HM Treasury yang dikepalai oleh Menteri Keuangan Britania Raya, bertanggung jawab untuk mengembangkan dan melaksanakan kebijakan ekonomi dan keuangan Pemerintah Britania Raya. Bank of England adalah bank sentral Britania yang bertanggung untuk mengeluarkan mata uang negara, yaitu pound sterling. Bank di Skotlandia dan Irlandia Utara tetap diberi hak untuk mengeluarkan uang kertas sendiri, dengan catatan harus tetap menyimpan cadangan uang kertas Bank of England dalam jumlah yang cukup. Pound sterling adalah cadangan mata uang terbesar ketiga di dunia (setelah dolar AS dan Euro).[209] Keterlibatan Kerajaan dalam ekonomi dilaksanakan oleh Kanselir Perbendaharaan (Chancellor of the Exchequer). Sejak tahun 1997, jabatan Komite Kebijakan Moneter Bank of England dipimpin oleh gubernur Bank of England dan bertanggung jawab untuk menetapkan suku bunga pada tingkat yang diperlukan untuk mencapai target inflasi ekonomi keseluruhan yang ditetapkan oleh Canselor setiap tahunnya.[210]
Sektor jasa Britania Raya menyumbangkan sekitar 73% dari total PDB.[211] London adalah salah satu dari tiga "pusat komando" perekonomian global (bersama New York City dan Tokyo),[212] serta menjadi pusat keuangan terbesar di dunia (bersama New York).[213][214][215] London juga merupakan kota dengan PDB terbesar di Eropa.[216] Di samping itu, Edinburgh juga menjadi salah satu pusat keuangan terbesar di Eropa.[217] Sektor pariwisata sangat berperan penting dalam perekonomian Britania Raya, di mana lebih dari 27 juta wisatawan mengunjungi Britania Raya pada tahun 2004. Negara ini berada di peringkat keenam dalam tujuan wisata di dunia.[218] London juga tercatat telah menarik jumlah wisatawan yang lebih banyak dibandingkan dengan kota manapun di dunia. Pada tahun 2006, kota ini dikunjungi oleh sekitar 15.6 juta wisatawan, jauh di atas Bangkok di tempat kedua (10.4 juta kunjungan) dan Paris di tempat ketiga (9.7 juta).[219] Sektor industri kreatif menyumbangkan 7% GVA pada tahun 2005 dan rata-rata tumbuh sekitar 6% per tahun antara tahun 1997 dan 2005.[220]
Revolusi Industri berawal dari Britania Raya,[221] yang mula-mula berpusat pada industri tekstil, kemudian diikuti oleh industri berat yang lain seperti pembuatan kapal, pertambangan batubara, dan pembuatan baja.[222][223] Imperium Britania juga turut menciptakan pasar luar negeri bagi produk-produk Britania, yang memungkinkan Britania untuk mendominasi perdagangan internasional pada abad ke-19. Namun, setelah negara-negara lain juga berindustri, ditambah dengan kemerosotan ekonomi setelah dua perang dunia, Britania Raya mulai kehilangan keunggulan kompetitifnya. Industri-industri berat mengalami penurunan sepanjang abad ke-20. Meskipun demikian, manufaktur tetap menjadi bagian penting dari perekonomian walaupun hanya menyumbangkan 16,7% bagi pendapatan nasional pada tahun 2003.[224]
Industri otomotif merupakan sebuah bidang yang penting dalam sektor manufaktur di Britania Raya, mempekerjakan lebih dari 800.000 orang, dengan omzet sekitar 52 £ miliar, dan menghasilkan ekspor sekitar £26.6 miliar.[225] Industri kedirgantaraan di Britania Raya industri nasional terbesar kedua (atau ketiga, tergantung pada metode pengukurannya) dan memiliki omzet tahunan sekitar £ 20 miliar.[226][227][228] Industri kimia dan farmasi juga berperan penting dalam perekonomian Britania Raya. Industri ini memiliki pangsa pasar tertinggi ketiga di dunia (setelah Amerika Serikat dan Jepang).[229][230]
Pada kuartal terakhir tahun 2008, ekonomi Britania Raya mengalami resesi untuk pertama kalinya sejak tahun 1991.[231] Angka pengangguran meningkat dari 5,2% pada bulan Mei 2008 menjadi 7,6% pada Mei 2009, dan pada bulan Januari 2012, tingkat pengangguran untuk golongan yang berusia antara 18 sampai 24 tahun meningkat dari 11,9% menjadi 22,5%, yang mana ini merupakan angka tertinggi sejak pencatatan dimulai pada tahun 1992.[232][233] Total utang pemerintah Britania Raya naik dari 44,4% dari total PDB pada tahun 2007 menjadi 82,9% pada tahun 2011.[234]
Garis kemiskinan di Britania Raya umumnya ditetapkan sekitar 60% dari pendapatan rumah tangga rata-rata.[catatan 3] Pada tahun 2007-2008, kurang lebih 13,5 juta orang, atau 22% dari total populasi, hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini bermakna bahwa angka kemiskinan relatif di Britania Raya lebih besar dibandingkan dengan semua (kecuali empat) negara-negara anggota Uni Eropa lainnya.[235] Pada tahun yang sama, sebanyak 4,0 juta anak-anak, yaitu sekitar 31% dari total populasi anak-anak di Britania Raya, tinggal di rumah tangga yang berada di bawah garis kemiskinan ini (setelah memperhitungkan biaya perumahan). Angka ini mengalami penurunan sebanyak 400.000 anak sejak tahun 1998-1999.[236] Britania Raya juga tercatat mengimpor 40% dari total persediaan makanannya.[237]
Inggris dan Skotlandia adalah pemimpin dari Revolusi Ilmiah dari abad ke-17,[238] dan Britania Raya kemudian memelopori Revolusi Industri pada abad ke-18,[221] dan terus memproduksi para ilmuwan dan insinyur yang berperan besar dalam menciptakan penemuan-penemuan penting.[239] Ilmuwan terpenting dari abad ke-17 dan 18 termasuk Isaac Newton, yang menemukan hukum gerak dan gravitasi. Teorinya ini dipandang sebagai kunci dari ilmu pengetahuan modern.[240] Sementara dari abad ke-19 tercatat nama Charles Darwin, dengan teori evolusi melalui seleksi alam nya yang sangat fundamental bagi perkembangan biologi modern, dan James Clerk Maxwell, yang merumuskan teori elektromagnetik klasik, dan yang terbaru; Stephen Hawking, yang mencetuskan teori utama dalam bidang kosmologi, gravitasi kuantum dan investigasi lubang hitam.[241]
Penemuan ilmiah penting oleh ilmuwan Britania Raya dari abad ke-18 termasuk hidrogen oleh Henry Cavendish.[242] Dari abad ke-20: penisilin oleh Alexander Fleming,[243] dan struktur DNA oleh Francis Crick, dan banyak lagi penemuan-penemuan yang tak terhitung jumlahnya.[244] Penemuan mesin-mesin penting oleh orang-orang dari Britania pada abad ke-18 antara lain lokomotif uap, yang dikembangkan oleh Richard Trevithick dan Andrew Vivian,[245] dari abad ke-19 ada motor listrik oleh Michael Faraday, bola lampu pijar oleh Joseph Swan,[246] dan telepon praktis pertama yang dipatenkan oleh Alexander Graham Bell.[catatan 4][247] Pada abad ke-20, sistem pertelevisian pertama ditemukan oleh oleh John Logie Baird,[248] mesin jet oleh Frank Whittle, dasar dari komputer modern oleh Alan Turing, dan World Wide Web oleh Tim Berners-Lee.[249] Penelitian ilmiah dan pengembangan sangat penting di universitas-universitas di Britania Raya, dengan membangun banyak taman ilmu pengetahuan untuk memfasilitasi produksi dan kerja sama dengan industri.[250] Antara tahun 2004 dan 2008, Britania Raya menghasilkan 7% dari keseluruhan karya ilmiah di dunia penelitian (tertinggi ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Tiongkok), serta memperoleh 8% dari pangsa kutipan ilmiah (tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat).[251] Jurnal-jurnal ilmiah yang diproduksi di Britania Raya antara lain: Nature, British Medical Journal dan The Lancet.[252]
Sistem transportasi di Britania Raya dilengkapi dengan rangkaian jalan raya radial sepanjang 29.145 mil (46.904 km), rangkaian jalan tol sepanjang 2.173 mil (3.497 km) dan jalan raya beraspal sepanjang 213.750 mil (344.000 km).[118] Pada tahun 2009, tercatat ada total 34 juta kendaraan yang berlisensi di Britania Raya.[255] Jaringan kereta api nasional (National Rail) melayani rute sepanjang 10.072 mil (16.116 km) di Pulau Britania Raya dan 189 mil (303 km) rute di Irlandia Utara, mengangkut lebih dari 18.000 penumpang dan dilalui oleh sekitar 1.000 kereta barang setiap harinya.[118] Ada rencana untuk membangun jalur berkecepatan tinggi baru menjelang tahun 2025.[256]
Pada tempo antara bulan Oktober 2009 hingga September 2010, semua bandar udara di Britania Raya menangani total 211,4 juta penumpang.[257] Pada periode itu, tiga bandar udara yang terbesar adalah Heathrow (65,6 juta penumpang), Gatwick (31,5 juta penumpang) dan Stansted (18,9 juta penumpang).[257] Bandar Udara London Heathrow yang terletak sekitar 24 kilometer (15 mi) di sebelah barat ibu kota London, adalah bandar udara dengan jumlah penumpang internasional terbesar di dunia.[253][254] Di samping itu, bandar udara ini juga menjadi hab utama dari maskapai British Airways, BMI dan Virgin Atlantic.[258]
Pada tahun 2006, Britania Raya menjadi konsumen energi kesembilan terbesar dan produsen energi ke-15 terbesar di dunia.[259] Pada tahun 2007, Britania mencatat total output energi sebanyak 9,5 kuadriliun BTU, yang terdiri dari minyak bumi (38%), gas alam (36%), batubara (13%), nuklir (11%) dan energi terbarukan lainnya (2%).[260] Pada tahun 2009, Britania memproduksi 1,5 juta barel dan memproduksi 1,7 juta barel minyak perhari.[261] Produksi minyak bumi negara saat ini mengalami penurunan, dan Britania telah menjadi importir bersih minyak sejak tahun 2005.[261] Pada tahun 2010, Britania Raya memiliki cadangan minyak mentah terbukti kurang lebih sebanyak 3,1 miliar barel; yang terbesar dibandingkan dengan negara-negara anggota Uni Eropa lainnya.[261]
Pada tahun 2009, Britania Raya merupakan penghasil gas alam terbesar di Uni Eropa, dan terbesar ke-13 di dunia.[262] Namun, produksi gas alam Britania juga mengalami penurunan dan negara ini menjadi importir gas alam sejak tahun 2004.[262] Pada tahun 2009, Britania Raya tercatat memproduksi sekitar 19,7 juta ton dan mengkonsumsi kurang lebih 60,2 juta ton batubara.[260] Tahun 2005, Britania memiliki cadangan batubara terbukti sebanyak 171 juta ton.[260] Diperkirakan bahwa negara ini mampu menghasilkan sebanyak 7 miliar hingga 16 miliar ton batubara di kawasan-kawasan daratan yang berpotensi dilakukannya gasifikasi batubara bawah tanah (underground coal gasification, UCG).[263] Berdasarkan konsumsi batubara di Britania Raya saat ini, jumlah sebanyak itu akan mencukupi untuk keseluruhan konsumsi negara selama 200 hingga 400 tahun mendatang.[264] Britania Raya juga menjadi lokasi bagi sejumlah perusahaan-perusahaan energi besar, termasuk dua dari enam perusahan minyak dan gas "supermayor" – BP dan Royal Dutch Shell – serta BG Group.[265][266]
Sensus penduduk dijalankan serentak di seluruh wilayah Britania Raya setiap sepuluh tahun sekali.[267] Office for National Statistics (Kantor Statistik Nasional) bertanggung jawab dalam mengumpulkan data untuk Inggris dan Wales. Sedangkan General Register Office for Scotland (Kantor Pendaftaran Umum Skotlandia) dan Northern Ireland Statistics and Research Agency (Statistik dan Badan Penelitian Irlandia Utara) bertanggung jawab untuk melakukan sensus di negara masing-masing.[268] Dalam sensus tahun 2001, jumlah penduduk Britania Raya adalah 58.789.194 jiwa; menjadi yang terbanyak ketiga di Uni Eropa, terbanyak kelima di Persemakmuran dan terbanyak ke-21 di dunia. Pada pertengahan tahun 2010, jumlah penduduk Britania Raya diperkirakan telah meningkat menjadi 62.262.000 jiwa.[269] Tahun 2010 juga menjadi tahun ketiga di mana pertumbuhan penduduk alami memberikan kontribusi yang lebih dibandingkan dengan migrasi internasional terhadap komposisi penduduk Britania.[269] Antara tahun 2001 sampai 2010, rata-rata peningkatan tahunan jumlah penduduk Britania adalah sekitar 0,6 persen. Hal ini sebanding dengan rata-rata peningkatan jumlah penduduk pada periode 1991-2001 (0,3 persen) dan pada periode 1981-1991 (0,2 persen).[269] Pertengahan 2007, diperkirakan bahwa untuk pertama kalinya, jumlah penduduk Britania Raya yang berusia pensiun lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk anak-anak yang berusia di bawah 16 tahun.[270] Diperkirakan bahwa jumlah penduduk yang berusia 100 tahun ke atas akan meningkat tajam hingga mencapai 626.000 jiwa menjelang tahun 2080.[271]
Jumlah penduduk Inggris pada pertengahan tahun 2008 diperkirakan sebanyak 51,44 juta jiwa.[269] Inggris merupakan salah satu negara yang paling padat penduduknya di dunia, dengan kepadatan 383 jiwa penduduk per kilometer persegi pada pertengahan tahun 2003,[272] di mana konsentrasi penduduk terbesar terdapat di London dan kawasan Inggris Tenggara.[273] Pada pertengahan 2010, total populasi di Skotlandia diperkirakan sebanyak 5,22 juta jiwa, Wales 3,01 juta dan Irlandia Utara 1,80 juta jiwa,[269] dengan kepadatan penduduk yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan Inggris. Dibandingkan dengan Inggris yang memiliki kepadatan penduduk 383 jiwa per kilometer persegi (990/sq mi), kepadatan penduduk Wales pada pertengahan tahun 2003 hanya 142/km2 (370/sq mi), Irlandia Utara 125/km2 (320/sq mi) dan Skotlandia 65/km2 (170/sq mi).[272] Dalam hal persentase, Irlandia Utara tercatat memiliki pertumbuhan penduduk tercepat di Britania Raya selama empat tahun berturut-turut sampai pertengahan 2008.[269]
Pada tahun 2009, rata-rata tingkat kesuburan total (TKT) di seluruh Britania Raya adalah 1,94 anak per wanita.[274] Meskipun angka kelahiran yang meningkat memberikan kontribusi dalam pertumbuhan penduduk, namun angkanya masih jauh di bawah puncak "ledakan kelahiran", yaitu 2,95 anak per wanita pada tahun 1964,[275] yang berada di bawah tingkat penggantian 2,1, tetapi lebih tinggi dari rekor terendah yang tercatat pada tahun 2001.[274] Pada tahun 2010, Skotlandia memiliki TKT terendah, yaitu hanya 1,75 anak per wanita. Di atasnya ada Wales (1,98), Inggris (2,00) dan Irlandia Utara (2,06).[276]
Keempat negara di Britania Raya masing-masingnya memiliki ibu kota, yaitu: Belfast (Irlandia Utara), Cardiff (Wales), Edinburgh (Skotlandia) dan London (Inggris). London juga merupakan ibu kota dari Britania Raya.[118]
Kawasan perkotaan terbesar di Britania Raya adalah sebagai berikut:
Secara historis, orang pribumi Britania dianggap sebagai keturunan dari berbagai kelompok etnis yang telah menetap di sana sebelum abad ke-11, yaitu bangsa Kelt, Romawi, Anglo-Saxon, Norse dan Normandia. Ada juga teori yang menyatakan bahwa orang Wales merupakan kelompok etnis tertua di Britania Raya.[280] Studi genetik baru-baru ini menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen gen bangsa Inggris mengandung kromosom Y Jermanik.[281] Namun analisis genetik terbaru lainnya juga menunjukkan bahwa sekitar 75 persen nenek moyang bangsa Inggris modern telah tiba di Kepulauan Britania sejak 6.200 tahun yang lalu, yaitu pada awal Zaman Neolitikum atau Zaman Batu Britania. Ditemukan juga bahwa orang Britania (British) pada umumnya "berbagi" nenek moyang yang sama dengan orang-orang Basque.[282][283][284]
Britania Raya memiliki sejarah mengenai migrasi pendatang nonkulit putih dalam skala kecil. Liverpool tercatat sebagai kota dengan populasi kulit hitam tertua di negara ini, yang terjadi sejak tahun 1730-an dan setelahnya,[285] dan juga komunitas Tionghoa tertua di Eropa, yaitu sejak kedatangan pelaut Tiongkok pada abad ke-19.[286] Pada tahun 1950, diperkirakan sekitar 20.000 penduduk nonkulit putih menetap di Britania Raya, sebagian besarnya merupakan kelahiran asing (lahir di luar Britania Raya).[287]
Sejak tahun 1945, migrasi besar-besaran dari Afrika, Karibia dan Asia Selatan telah menjadi warisan hubungan yang dijalinkan oleh Imperium Britania. Migrasi dari negara-negara anggota Uni Eropa yang baru di Eropa Tengah dan Timur sejak tahun 2004 menyebabkan pertumbuhan kelompok-kelompok ini semakin beragam. Namun sejak tahun 2008, banyak imigran yang kembali ke negara asalnya, maka jumlah konkret dari kelompok-kelompok ini tidak dapat diketahui lagi.[288] Pada tahun 2001, sekitar 92,1% populasi Britania Raya mengidentifikasi diri mereka sebagai kulit putih, jadi hanya 7,9% penduduk Britania yang mengidentifikasi diri mereka sebagai ras campuran atau etnis minoritas.[289]
Keragaman etnis ini bervariasi secara signifikan di seluruh Britania. Diperkirakan bahwa sekitar 30,4% penduduk London,[290] dan 37,4% penduduk Leicester[291] bukan berasal dari kulit putih pada bulan Juni 2005, sedangkan kurang dari 5% penduduk Inggris Timur Laut, Baratdaya dan Wales merupakan etnis minoritas menurut sensus tahun 2001.[292] Pada tahun 2011, 26,5% siswa sekolah dasar dan 22,2% siswa sekolah menengah yang belajar di sekolah negeri di Inggris berasal dari keluarga minoritas.[293]
Britania Raya tidak memiliki bahasa resmi secara de jure, namun bahasa lisan yang paling meluas dan diakui secara de facto sudah pasti adalah bahasa Inggris (British English).[296][297] Bahasa Jermanik Barat diturunkan dari bahasa Inggris kuno dan menyerap banyak kata pinjaman dari bahasa Norse kuno, Norman Prancis, Yunani, dan Latin. Bahasa Inggris telah menyebar ke seluruh dunia, awalnya karena pengaruh Imperium Britania dan kemudian turut didukung oleh dominasi budaya Amerika Serikat dan telah menjadi bahasa bisnis internasional utama serta bahasa kedua yang paling banyak dituturkan di dunia.[298]
Ada empat bahasa Kelt yang digunakan di Britania Raya: Wales, Irlandia, Gaelik Skotlandia dan Kernowek. Tiga yang pertama diakui sebagai bahasa daerah atau bahasa minoritas yang dikenakan perlindungan dan promosi di bawah hukum Eropa yang relevan, sementara Kernowek diakui tetapi tidak secara khusus dilindungi. Dalam Sensus tahun 2001 lebih dari seperlima (21%) penduduk Wales mengatakan bahwa mereka bisa berbahasa Wales.[299] Jumlah ini meningkat dari sensus tahun 1991 (18%).[300] Selain itu, Diperkirakan bahwa sekitar 200.000 penutur bahasa Wales menetap di Inggris.[301] Dalam sensus yang sama di Irlandia Utara, sekitar 167.487 orang (10,4%) menyatakan bahwa mereka memiliki "sedikit pengetahuan tentang bahasa Irlandia", sebagian besarnya adalah penduduk nasionalis (terutama penganut Katolik). Lebih dari 92.000 orang di Skotlandia (2% dari populasi) memiliki sedikit kemampuan dalam menuturkan bahasa Gaelik, termasuk 72% dari mereka yang tinggal di Hebrides Luar.[302] Jumlah sekolah-sekolah yang diajarkan bahasa Wales, Gaelik Skotlandia dan Irlandia meningkat.[303] Di antara penduduk keturunan emigran yang masih menuturkan bahasa Gaelik Skotlandia berada di Kanada (terutama Nova Scotia dan Pulau Cape Breton),[304] dan penutur bahasa Wales di Patagonia, Argentina.[305]
Bahasa Skots, bahasa yang diturunkan dari bahasa Inggris Pertengahan, telah mendapat pengakuan di tingkat regional, begitu juga dengan bahasa Ulster di Irlandia Utara, namun tanpa komitmen khusus untuk melindungi atau mempromosikan bahasa tersebut.[306]
Di seluruh Britania Raya, para siswa pada umumnya diwajibkan untuk mempelajari bahasa kedua, hingga usia 14 tahun di Inggris,[307] dan 16 tahun di Skotlandia. Bahasa Prancis dan Jerman merupakan dua bahasa kedua yang paling populer di Inggris dan Skotlandia. Di Wales, semua siswa yang berusia 16 tahun ke bawah diajarkan mata-mata pelajaran dalam bahasa Wales ataupun mempelajari bahasa Wales sebagai bahasa kedua.[308]
Agama Kristen telah mendominasi kehidupan keagamaan di Britania Raya selama lebih dari 1.400 tahun.[309] Meskipun mayoritas penduduk masih mengaku sebagai umat Kristiani dalam banyak survei, tingkat kehadiran umat di gereja-gereja secara teratur menurun drastis sejak pertengahan abad ke-20.[310] Sedangkan para imigran telah ikut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan agama lain, terutama Islam.[311] Hal ini menyebabkan beberapa komentator menyebut penduduk Britania Raya sebagai masyarakat dengan "multi-iman",[312] sekuler,[313] atau pascakristen.
Berdasarkan sensus 2001, 71.6% dari responden mengakui bahwa mereka adalah umat Kristiani, dan agama terbesar berikutnya adalah Islam (2,8%), Hindu (1,0%), Sikh (0,6%), Yahudi (0.5%), Budha (0.3%) dan agama lainnya (0,3%).[314] Sekitar 15% dari responden menyatakan bahwa mereka tidak beragama, dan 7% lainnya tidak menyebutkan agama mereka.[315] Sebuah survei yang dilakukan oleh Tearfund menemukan bahwa hanya satu dari sepuluh penduduk Britania Raya yang benar-benar datang ke gereja setiap minggu.[316]
Gereja Inggris (Anglikan) adalah gereja resmi di Inggris.[317] Gereja ini masih mempertahankan perwakilannya di Parlemen Britania Raya dan Ratu Britania merupakan gubernur agungnya.[318] Di Skotlandia, Gereja Skotlandia Presbiterian diakui sebagai gereja nasional. Gereja Skotlandia tidak tunduk pada kontrol negara dan Ratu cuma menjadi anggota biasa di gereja ini yang diwajibkan untuk bersumpah agar "memelihara dan melestarikan agama Protestan dan Pemerintahan Gereja Presbiterian" selama masa kekuasaannya.[319][320]
Gereja di Wales telah ‘dibubarkan’ tetapi masih tergolong dalam Komuni Anglikan. Gereja Irlandia (Anglikan) juga dibubarkan pada tahun 1870 setelah terpecahnya Irlandia.[321] Meskipun tidak ada data konkret dari hasil sensus 2001 mengenai penganut Kristen, Ceri Peach memperkirakan bahwa 62% dari total penganut Kristen di Britania Raya adalah Anglikan, 13,5% Katolik Roma, 6% Presbiterian, 3,4% Metodis, dan sejumlah kecil denominasi dari penganut Protestan lainnya dan Gereja Ortodoks.[322]
Britania Raya telah menerima gelombang migrasi yang berturut-turut tanpa henti. Musibah Wabah Kelaparan Besar menyebabkan kedatangan imigran asal Irlandia secara berbondong-bondong ke Britania Raya.[323] Lebih dari 120.000 veteran Polandia menetap di Britania setelah Perang Dunia II karena tidak dapat kembali ke tanah air mereka.[324] Pada abad ke-20, terjadi migrasi secara besar-besaran dari koloni-koloni Imperium Britania, terutama disebabkan oleh kekurangan tenaga kerja pasca Perang Dunia II. Sebagian besar imigran ini berasal dari Karibia dan Asia Selatan.[325]
Pada tahun 2010, terdapat sekitar 7 juta penduduk kelahiran asing di Britania Raya; 11,3% dari total penduduk. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4,76 juta (7,7%) lahir di luar Uni Eropa dan 2,24 juta (3,6%) lahir di negara-negara anggota Uni Eropa.[326] Proporsi penduduk kelahiran asing di Britania Raya masih sedikit lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara Eropa lainnya,[327] namun migrasi inilah yang telah berkontribusi besar dalam meningkatkan jumlah populasi di Britania Raya antara tahun 1991 hingga 2001.[328] Data dari Office for National Statistics (ONS) menunjukkan bahwa sebanyak 2,3 juta imigran pindah ke Britania Raya pada periode 1991-2006.[329][330] Pada tahun 2008, diprediksi bahwa migrasi akan menambah jumlah penduduk Britania sebanyak 7 juta jiwa menjelang tahun 2031,[331] meskipun perkiraan ini juga diperdebatkan.[332] ONS melaporkan bahwa migrasi bersih dari tahun 2009 ke 2010 naik sebanyak 21 persen, atau sekitar 239.000 jiwa.[333] Pada tahun 2011 angka ini meningkat lagi sebanyak 251.000 jiwa, di mana ditemukan bahwa terjadi sebanyak 589.000 imigrasi, dan 338.000 emigrasi.[334][335]
195.046 warga negara asing menjadi warga negara Britania pada tahun 2010,[336] sedangkan pada 1999 hanya sebanyak 54.902.[336][337] Sebuah rekor baru tercipta pada tahun 2010, di mana sebanyak 241.192 WNA diberi hak sebagai penduduk tetap, di antaranya 51 persen berasal dari Asia dan 27 persen dari Afrika.[338] Menurut statistik resmi yang dirilis pada tahun 2011, 25,1 persen dari bayi yang lahir di Inggris dan Wales pada tahun 2010 lahir dari ibu yang lahir di luar Britania Raya.[339]
Sekurang-kurangnya 5,5 juta kelahiran Britania Raya menetap di luar negeri,[340][341][342] empat besar negara yang menjadi tujuan warga negara Britania adalah Australia, Spanyol, Amerika Serikat dan Kanada.[340][343] Penduduk Britania melakukan emigrasi besar-besaran ke luar negeri pada abad ke-19. Antara tahun 1815 sampai 1930, sekitar 11,4 juta orang pindah keluar Britania dan 11,4 juta lainnya keluar Irlandia. Pada akhir abad ke-20, diperkirakan bahwa sekitar 300 juta orang keturunan Britania dan Irlandia menetap secara permanen di berbagai belahan dunia.[344]
Penduduk di negara-negara Uni Eropa, tidak terkecuali penduduk Britania Raya, memiliki hak untuk tinggal dan bekerja di negara anggota UE manapun.[345] Britania Raya menerapkan pembatasan sementara untuk warga Rumania dan Bulgaria yang bergabung dengan Uni Eropa pada bulan Januari 2007.[346] Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Migration Policy Institute untuk Komisi Kesetaraan dan Hak Asasi Manusia menemukan bahwa antara bulan Mei 2004 dan September 2009, sekitar 1,5 juta pekerja bermigrasi dari negara-negara anggota Uni Eropa yang baru ke Britania Raya; dua-pertiganya berasal dari Polandia, namun kemudian banyak yang kembali ke tanah airnya.[347][348] Resesi pada akhir 2000-an mengurangi intensitas warga Polandia yang bermigrasi ke Britania Raya.[349] Pada tahun 2009, untuk pertama kalinya, lebih banyak penduduk dari negara-negara Uni Eropa lainnya yang meninggalkan Britania Raya daripada yang tiba.[350] Pada tahun 2011, 13% dari total emigrasi ke Britania Raya berasal dari penduduk di negara-negara anggota UE yang baru.[334]
Pemerintah Britania Raya telah memperkenalkan sistem imigrasi berbasis poin untuk imigrasi yang berasal dari luar Kawasan Ekonomi Eropa.[351] Pada bulan Juni 2010, pemerintah koalisi Konservatif-Liberal Demokratis menerapkan pembatasan imigrasi dari luar Uni Eropa hanya sebanyak 24.000 imigran.[352] Kebijakan ini menimbulkan perdebatan di dalam koalisi: sekretaris bisnis Vince Cable berpendapat bahwa hal ini justru akan merugikan sektor bisnis Britania Raya.[353]
Setiap negara di Britania Raya memiliki sistem pendidikan tersendiri.
Pendidikan di Inggris merupakan tanggung jawab dari Sekretaris Negara untuk Pendidikan, sedangkan pengelolaan harian dan pembiayaan sekolah-sekolah negeri merupakan kewajiban dari pemerintah daerah yang bersangkutan.[355] Sistem pendidikan universal diperkenalkan di seluruh Inggris dan Wales untuk jenjang pendidikan dasar pada tahun 1870, diikuti oleh pendidikan menengah pada tahun 1900.[356][357] Pendidikan diwajibkan bagi penduduk yang berusia 5 hingga 16 tahun (15 tahun bagi yang lahir pada akhir Juli atau Agustus). Mayoritas anak-anak dididik di sekolah-sekolah negeri, hanya sebagian kecil saja dari sekolah-sekolah tersebut yang memilih siswa berdasarkan kemampuan akademik. Sekolah negeri yang diperbolehkan untuk memilih siswa berdasarkan kemampuan akademik mampu mencapai prestasi yang sebanding dengan sekolah swasta yang paling selektif sekalipun; dua dari dua puluh sekolah unggul berdasarkan kriteria GSCE pada tahun 2006 adalah sekolah menengah negeri. Meskipun jumlahnya menurun, namun jumlah anak-anak yang menghadiri sekolah swasta di Inggris meningkat lebih dari 7%.[358] Patut dicatat bahwa lebih dari setengah jumlah mahasiswa di dua universitas terkemuka; Cambridge dan Oxford berasal dari sekolah negeri.[359] Inggris memiliki beberapa universitas yang menjadi universitas terbaik di dunia. Di antaranya adalah Universitas Cambridge, Universitas Oxford, Imperial College London dan University College London. Universitas-universitas ini merupakan universitas teratas di dunia berdasarkan peringkat yang dirilis oleh THE-QS pada tahun 2010, dengan Cambridge yang menempati posisi pertama.[360] Kajian Sains dan Matematika Internasional (TIMSS) menempatkan para pelajar Inggris di posisi ke-7 dalam matematika dan di posisi ke-6 untuk sains di seluruh dunia. Hasil ini menunjukkan bahwa pelajar Inggris mengungguli pelajar di negara-negara Eropa lainnya, termasuk Jerman dan negara-negara Skandinavia.[361]
Pendidikan di Skotlandia adalah tanggung jawab dari Sekretaris Kabinet untuk Pendidikan dan Pembelajaran Seumur Hidup (Cabinet Secretary for Education and Lifelong Learning), sedangkan pengelolaan harian dan pembiayaan sekolah-sekolah negeri merupakan kewajiban dari pemerintah daerah yang bersangkutan. Dua lembaga publik nondepartemen memainkan peranan penting dalam pendidikan Skotlandia: Otoritas Kualifikasi Skotlandia (Scottish Qualifications Authority) bertanggung jawab atas pembangunan, akreditasi, penilaian dan sertifikasi kelayakan selain ijazah yang diberikan oleh sekolah menengah, sekolah tingkat atas institusi-institusi sejenis.[363] Badan Learning and Teaching Scotland bertugas untuk memberikan nasihat, sumber daya dan pengembangan staf untuk komunitas pendidikan untuk mempromosikan pengembangan kurikulum dan menciptakan budaya inovasi, cita-cita, dan keunggulan.[364] Skotlandia pertama kali mengesahkan kebijakan pendidikan wajib pada tahun 1496.[365] Proporsi anak-anak yang menghadiri sekolah swasta di Skotlandia hanya sekitar 4%, namun dalam beberapa tahun terakhir jumlah tersebut berangsur-angsur meningkat.[366] Pelajar di Skotlandia yang menghadiri universitas di Skotlandia tidak membayar uang kuliah ataupun biaya wisuda, karena biaya-biaya tersebut dihapuskan pada pada tahun 2001 dan 2008 masing-masingnya.[367]
Pendidikan di Irlandia Utara merupakan tanggung jawab dari Menteri Pendidikan dan Menteri Pekerjaan dan Pembelajaran, sedangkan tanggung jawab pada tingkat lokal dikelola oleh lima dewan pendidikan dan perpustakaan yang meliputi wilayah geografis yang berbeda. Dewan Kurikulum, Pemeriksaan dan Penilaian (Council for the Curriculum, Examinations & Assessment, CCEA) adalah badan yang bertanggung jawab untuk memberikan saran kepada pemerintah mengenai apa yang harus diajarkan di sekolah, memantau, serta memberikan kualifikasi pada sekolah-sekolah di Irlandia Utara.[368]
Pemerintah Wales bertanggung jawab atas pendidikan di Wales. Sebagian besar pelajar di Wales diajarkan sebagian atau seluruhnya mata pelajaran dalam bahasa Wales, pembelajaran dalam bahasa Wales diwajibkan untuk semua siswa hingga usia 16 tahun.[369] Rencana untuk meningkatkan jumlah sekolah menengah berbahasa Wales turut dilakukan sejalan dengan kebijakan untuk membentuk masyarakat Wales yang dwi-bahasa sepenuhnya.
Sektor kesehatan di Britania Raya juga dilimpahkan kepada setiap negara yang memiliki institusi-institusi kesehatan tersendiri, baik yang didanai oleh pemerintah, swasta, maupun pengobatan alternatif, holistik, dan pelengkap. Kesehatan publik disediakan bagi semua warga negara dan penduduk tetap Britania Raya secara percuma, namun tetap dibayar melalui pajak umum. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2000 menempatkan Britania Raya di peringkat ke-15 terbaik di Eropa dan ke-18 di dunia dalam hal penyediaan layanan kesehatan publik.[370][371]
Badan-badan pengawas kesehatan diorganisasikan secara menyeluruh, misalnya Dewan Pengobatan Umum, Dewan Keperawatan dan Kebidanan, dan badan-badan nonpemerintah seperti Royal College. Namun, tanggung jawab politik dan operasional dalam bidang kesehatan terletak pada empat badan eksekutif negara; kesehatan di Inggris adalah tanggung jawab dari Pemerintah Inggris, kesehatan di Irlandia Utara adalah tanggung jawab dari Eksekutif Irlandia Utara; kesehatan di Skotlandia adalah tanggung jawab Pemerintah Skotlandia, dan kesehatan di Wales adalah tanggung jawab dari Pemerintah Wales. Oleh sebab itu, setiap Layanan Kesehatan Nasional (National Health Service, NHS) memiliki kebijakan dan prioritas yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan perbedaan yang kentara sesama mereka.[372][373]
Sejak tahun 1979, pengeluaran negara untuk sektor kesehatan berusaha ditingkatkan secara signifikan supaya sebanding dengan dengan rata-rata anggaran kesehatan Uni Eropa.[374] Britania Raya menghabiskan sekitar 8,4 persen dari total PDB nya untuk anggaran kesehatan; 0,5% di bawah rata-rata OECD dan 1% di bawah rata-rata Uni Eropa.[375]
Kebudayaan Britania Raya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti statusnya yang sebagai negara kepulauan serta sejarahnya sebagai sebuah negara demokrasi liberal barat, adidaya, dan kesatuan politik dari empat negara yang masing-masingnya memelihara unsur-unsur tradisi, adat istiadat, dan simbolisme tersendiri. Sebagai akibat dari luasnya Imperium Britania, pengaruh Britania terlihat dalam penggunaan bahasa, sistem hukum, dan budaya di sebagian besar bekas jajahannya, termasuk Australia, Kanada, India, Afrika Selatan, Irlandia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat. Pengaruh budaya Britania Raya yang begitu besar menyebabkan negara ini digambarkan sebagai negara "adidaya kebudayaan".[376][377]
Sastra Britania mengacu pada literatur-literatur yang berhubungan dengan Britania Raya, Pulau Man, dan Kepulauan Channel. Sebagian besar sastra Britania ditulis dalam bahasa Inggris. Pada tahun 2005, sekitar 206.000 buku diterbitkan di Britania Raya, dan pada tahun 2006, negara ini menjadi negara dengan penerbitan buku terbesar di dunia.[378]
Dramawan dan penyair Inggris, William Shakespeare, secara luas dianggap sebagai dramawan terbesar sepanjang masa,[379][380][381] dan tokoh lain yang sezaman dengannya seperti Christopher Marlowe dan Ben Jonson juga diagung-agungkan sampai saat ini. Baru-baru ini, dramawan Britania seperti Alan Ayckbourn, Harold Pinter, Michael Frayn, Tom Stoppard dan David Edgar juga terkenal karena menggabungkan unsur surealisme, realisme dan radikalisme.
Penulis Inggris terkemuka dari era pramodern antara lain Geoffrey Chaucer (abad ke-14), Thomas Malory (abad ke-15), Sir Thomas More (abad ke-16), dan John Milton (abad ke-17). Dari abad ke-18 tercatat nama-nama seperti Daniel Defoe (pengarang Robinson Crusoe) dan Samuel Richardson yang memelopori novel modern. Sementara dari abad ke-19 ada Jane Austen, novelis gotik Mary Shelley, penulis buku anak-anak Lewis Carroll, Brontë bersaudari, aktivis sosial Charles Dickens, naturalis Thomas Hardy, realis George Eliot, penyair visionaris William Blake, dan penyair roman William Wordsworth. Sedangkan penulis-penulis Inggris yang berasal dari abad ke-20 antara lain: novelis fiksi ilmiah H. G. Wells; penulis cerita anak-anak klasik Rudyard Kipling, A. A. Milne (pencipta Winnie-the-Pooh), Roald Dahl, dan Enid Blyton; D. H. Lawrence; modernis Virginia Woolf; satiris Evelyn Waugh; George Orwell; W. Somerset Maugham dan Graham Greene; penulis novel kriminal Agatha Christie (novelis dengan karya terlaris sepanjang masa);[382] Ian Fleming (pencipta James Bond); penyair T. S. Eliot, Philip Larkin dan Ted Hughes; serta penulis fantasi J. R. R. Tolkien (The Lord of the Rings), C. S. Lewis (Narnia) dan J. K. Rowling (Harry Potter).
Kontribusi Skotlandia dalam kesusasteraan Britania di antaranya penulis cerita detektif Arthur Conan Doyle (pencipta Sherlock Holmes), sastrawan roman Sir Walter Scott, penulis cerita anak-anak J. M. Barrie, petualangan epik Robert Louis Stevenson dan penyair Robert Burns. Penulis modernis dan nasionalis terbaru, Hugh MacDiarmid dan Neil M. Gunn berkontribusi dalam Renaissance Skotlandia. Penulis lainnya juga termasuk Ian Rankin dan novelis horor-komedi Iain Banks. Ibu kota Skotlandia, Edinburgh, adalah kota pertama di dunia yang dinobatkan oleh UNESCO sebagai Kota Sastra.[383]
Puisi tertua Britania yang terkenal, Y Gododdin, ditulis di Yr Hen Ogledd (The Old North), kemungkinan besar berasal dari akhir abad ke-6. Puisi ini ditulis dalam bahasa Cumbric atau Wales Kuno dan dikenal sebagai referensi paling awal yang berisi tentang legenda Raja Arthur.[384] Pada abad ketujuh, hubungan antara Wales dan Old North hilang, dan fokus kebudayaan berbahasa-Wales bergeser ke Wales, di mana legenda Raja Arthur dikembangkan lebih lanjut oleh Geoffrey dari Monmouth.[385] Penyair Wales paling terkenal dari abad pertengahan termasuk Dafydd ap Gwilym (1320–1370), penulis puisi dengan tema alam, agama, dan terutama cinta. Ia secara luas dianggap sebagai salah satu penyair terbesar Eropa pada zamannya.[386] Sampai akhir abad ke-19, sebagian besar literatur berbahasa Wales berada di Wales dan sebagian besar adalah mengenai prosa keagamaan. Daniel Owen dikreditkan sebagai novelis bahasa Wales yang pertama, yang menerbitkan Rhys Lewis pada tahun 1885. Novelis Wales terkemuka dari abad kedua puluh di antaranya Richard Llewellyn dan Kate Roberts.[387][388]
Penulis dengan kebangsaan negara lain, terutama dari negara-negara Persemakmuran, Republik Irlandia, dan Amerika Serikat, pernah menetap dan bekerja di Britania Raya. Orang-orang ini termasuk Jonathan Swift, Oscar Wilde, Bram Stoker, George Bernard Shaw, Joseph Conrad, T.S. Eliot, Ezra Pound dan penulis British kelahiran asing baru-baru ini; Kazuo Ishiguro dan Sir Salman Rushdie.[389][390]
Berbagai genre musik populer di Britania Raya, mulai dari musik tradisional Inggris, Wales, Skotlandia dan Irlandia Utara, hingga musik heavy metal. Komposer musik klasik terkenal dari Britania Raya antara lain William Byrd, Henry Purcell, Sir Edward Elgar, Gustav Holst, Sir Arthur Sullivan (dikenal karena bekerja sama dengan Sir W.S. Gilbert), Ralph Vaughan Williams dan Benjamin Britten (pelopor opera Britania modern). Sir Peter Maxwell Davies adalah salah satu komposer terkenal yang masih hidup dan baru-baru ini diangkat menjadi Master of the Queen's Music. Britania Raya juga menjadi lokasi dari orkestra simponi dan paduan suara terkenal di dunia seperti BBC Symphony Orchestra dan London Symphony Chorus. Konduktor ternama termasuk Sir Simon Rattle, John Barbirolli dan Sir Malcolm Sargent. Beberapa komposer skor film terkemuka seperti John Barry, Clint Mansell, Mike Oldfield, John Powell, Craig Armstrong, David Arnold, John Murphy, Monty Norman dan Harry Gregson-Williams juga berasal dari Britania Raya. George Frideric Handel, meskipun lahir di Jerman, adalah warga negara Britania naturalisasi.[394] Andrew Lloyd Webber telah mencapai sukses besar secara komersial di seluruh dunia dan merupakan komposer teater musikal produktif, karyanya telah mendominasi Teater West End selama beberapa tahun dan bahkan telah menembus Broadway di New York.[395]
The Beatles telah menghasilkan penjualan rekaman secara internasional lebih dari satu miliar unit dan merupakan grup musik yang paling laris dan paling berpengaruh dalam sejarah musik populer.[391][392][393][396] Musisi-musisi terkemuka Britania yang turut memengaruhi perkembangan musik pop selama 50 tahun terakhir di antaranya: The Rolling Stones, Led Zeppelin, Pink Floyd, Queen, Bee Gees, dan Elton John, semuanya menghasilkan rekor penjualan lebih dari 200 juta keping album.[397][398][399][400][401][402] Brit Awards adalah penghargaan tahunan untuk industri musik di Britania. Beberapa musisi yang telah menerima penghargaan sebagai Outstanding Contribution antara lain: The Who, David Bowie, Eric Clapton, Rod Stewart dan The Police.[403] Musisi Britania baru-baru ini yang sukses secara internasional termasuk Coldplay, Radiohead, Oasis, Muse, Spice Girls, Amy Winehouse, Adele, dan yang terbaru, One Direction.[404]
Sejumlah kota di Britania Raya juga terkenal karena musiknya. Musisi asal Liverpool telah menghasilkan singel hit nomor satu di tangga-tangga lagu internasional lebih banyak dibandingkan dengan kota manapun di dunia.[405] Kontribusi Glasgow di dunia musik diakui pada tahun 2008 saat UNESCO menobatkannya sebagai salah satu dari tiga Kota Musik Dunia.[406]
Sejarah seni rupa Britania Raya merupakan bagian dari sejarah seni Barat. Seniman Britania yang terkenal di antaranya: romantisis William Blake, John Constable, Samuel Palmer dan J.M.W. Turner; pelukis potret Sir Joshua Reynolds dan Lucian Freud; seniman lanskap Thomas Gainsborough dan L. S. Lowry; pelopor Gerakan "Seni dan Kerajinan" William Morris; pelukis figuratif Francis Bacon; seniman pop Peter Blake, Richard Hamilton dan David Hockney; duo Gilbert dan George; seniman abstrak Howard Hodgkin; pematung Antony Gormley, Anish Kapoor dan Henry Moore. Selama periode 1980-an dan 1990-an, Saatchi Gallery di London membantu menarik perhatian publik terhadap kelompok seniman multi-genre yang dikenal sebagai "Seniman Muda Britania", Damien Hirst, Chris Ofili, Rachel Whiteread, Tracey Emin, Mark Wallinger, Steve McQueen, Sam Taylor-Wood dan Chapman Bersaudara adalah beberapa seniman yang menjadi anggota dari kelompok ini.
Royal Academy di London adalah organisasi kunci untuk mempromosikan seni rupa Britania Raya. Sekolah-sekolah seni terkemuka di Britania Raya di antaranya University of the Arts London, yang terdiri dari Central Saint Martins College of Art and Design dan Chelsea College of Art and Design; Goldsmiths, Universitas London; Slade School of Fine Art (bagian dari University College London); Glasgow School of Art; Royal College of Art; dan The Ruskin School of Drawing and Fine Art (bagian dari Universitas Oxford). Courtauld Institute of Art adalah pusat utama dalam pengajaran sejarah seni. Galeri seni yang terkemuka di Britania Raya termasuk: National Gallery, National Portrait Gallery, Tate Britain dan Tate Modern (galeri seni modern yang paling banyak dikunjungi di dunia, dengan lebih dari 4,7 juta pengunjung per tahun).[407]
Britania Raya memiliki pengaruh yang besar terhadap sejarah perfilman dunia. Sutradara British seperti Alfred Hitchcock dan David Lean adalah beberapa sutradara yang diakui sebagai sutradara paling kritis sepanjang masa,[408] juga beberapa sutradara-sutradara terkemuka seperti Charlie Chaplin, Michael Powell, Carol Reed dan Ridley Scott.[409][410][411][412] Banyak pemeran British yang sukses mencapai ketenaran internasional dan keberhasilan secara kritis, di antaranya: Julie Andrews, Richard Burton, Michael Caine, Charlie Chaplin, Sean Connery, Vivien Leigh, David Niven, Laurence Olivier, Peter Sellers, Kate Winslet, dan banyak lagi aktris dan aktor asal Britania yang tak terhitung jumlahnya.[413][414][415][416][417][418][419][420][421][422] Beberapa film-film terlaris sepanjang masa juga diproduksi di Britania Raya, film-film ini termasuk waralaba film dengan pendapatan tertinggi; Harry Potter dan James Bond.[423] Ealing Studios di London di klaim sebagai studio film tertua di dunia yang masih tetap bertahan sampai saat ini.[424]
Meskipun banyak yang sukses, industri perfilman di Britania Raya sering diperdebatkan mengenai identitas dan besarnya pengaruh Amerika (Hollywood) dan Eropa. Banyak perusahaan film-film Britania yang bekerja sama dengan produser film-film Amerika, sering kali film-film tersebut juga menggunakan aktor dan aktris dari kedua negara. Pemeran British juga sering dilibatkan dalam film-film Hollywood. Film-film sukses Hollywood kebanyakan ceritanya juga didasarkan pada orang-orang Britania, sejarah, ataupun peristiwa di Britania Raya, film-film ini di antaranya: Titanic, The Lord of the Rings, Pirates of the Caribbean, dan film animasi Disney "Siklus Inggris" (Alice in Wonderland, Peter Pan dan Robin Hood).[425]
Pada tahun 2009, perfilman Britania Raya meraup pendapatan sekitar $ 2 miliar di seluruh dunia dengan pangsa pasar sekitar 7% secara global dan 17% di Britania Raya.[426] Box-office film-film Britania menghasilkan sekitar £ 944 juta pada tahun 2009, dengan penerimaan sekitar 173 juta.[426] British Film Institute merilis suatu hasil jajak pendapat yang dikenal dengan "seratus film Britania terbaik sepanjang masa" (BFI Top 100 British films).[427] Ajang tahunan British Academy Film Awards diselenggarakan oleh British Academy of Film and Television Arts dan merupakan ajang yang setara dengan Oscar di Amerika Serikat.[428]
BBC, yang didirikan pada tahun 1922, adalah lembaga penyiaran publik Britania Raya dan merupakan lembaga penyiaran tertua dan terbesar di dunia. BBC mengoperasikan sejumlah stasiun televisi dan radio di Britania Raya dan di luar negeri.[429][430] Media utama lainnya di Britania Raya adalah ITV plc, yang mengelola 11 dari 15 stasiun televisi regional yang membentuk ITV Network,[431] dan News Corporation, yang memiliki sejumlah media cetak nasional dan internasional yang populer seperti tabloid The Sun dan harian The Times.[432] Perusahaan ini juga memegang saham terbesar di British Sky Broadcasting, yaitu saluran televisi satelit Britania Raya.[433] London mendominasi sektor media di Britania Raya: surat kabar, stasiun radio dan televisi nasional bermarkas di sini, meskipun Manchester juga signifikan dalam hal pusat pers nasional. Edinburgh, Glasgow, dan Cardiff, merupakan pusat utama dari produksi surat kabar dan penyiaran di Skotlandia dan Wales.[434] Sektor penerbitan Britania Raya, termasuk buku, direktori dan database, jurnal, majalah dan media bisnis, surat kabar dan kantor berita, memiliki omzet gabungan sekitar £ 20 miliar dan mempekerjakan sekitar 167.000 karyawan.[435]
Pada tahun 2009, diperkirakan bahwa rata-rata individu di Britania Raya menonton televisi 3,75 jam dan mendengarkan radio 2,81 jam per hari. Pada tahun yang sama, Lembaga Penyiaran Publik BBC menyumbangkan sekitar 28,4% dari total keseluruhan penonton televisi. Tiga saluran independen utama lainnya menyumbangkan sekitar 29,5% dan sisanya ditempati oleh saluran digital dan satelit lainnya (42,1%).[436] Penjualan surat kabar telah jauh merosot sejak tahun 1970-an. Pada tahun 2009, 42% dari penduduk Britania Raya dilaporkan membaca surat kabar harian nasional.[437] Pada tahun 2010, 82,5% dari total populasi Britania Raya adalah pengguna internet, jumlah ini merupakan yang tertinggi di antara 20 negara lainnya dan menjadi jumlah total pengguna terbesar pada tahun itu.[438]
Britania Raya terkenal dengan tradisi “British Empiricism”, salah satu cabang filsafat ilmu yang menyatakan bahwa semua pengetahuan yang berasal dari pengalaman manusia adalah valid, dan juga “Filsafat Skotlandia” atau ‘Aliran Akal Sehat Skotlandia’ (Scottish School of Common Sense).[439] Filsuf-filsuf terkenal yang berasal dari British Empiricism adalah John Locke, George Berkeley dan David Hume. Sedangkan Dugald Stewart, Thomas Reid dan William Hamilton adalah filsuf utama yang mengamalkan aliran "akal sehat" Skotlandia. Dua warga Britania lainnya yang juga terkenal karena teori filsafat moral utilitarianisme adalah Jeremy Bentham, dan kemudian diikuti oleh John Stuart Mill (dengan karangannya yang berjudul Utilitarianisme).[440][441] Filsuf Britania terkemuka lainnya antara lain: Duns Scotus, John Lilburne, Mary Wollstonecraft, Francis Bacon, Adam Smith, Thomas Hobbes, William Ockham, Bertrand Russell dan A.J. "Freddie" Ayer. Filsuf kelahiran asing yang menetap di Britania termasuk Isaiah Berlin, Karl Marx, Karl Popper dan Ludwig Wittgenstein.
Cabang-cabang olahraga seperti sepak bola, liga rugbi, uni rugbi, dayung, tinju, bulu tangkis, kriket, tenis, panahan dan golf, berasal, atau secara substansial dikembangkan di Britania Raya. Sebuah jajak pendapat pada tahun 2003 menemukan bahwa sepak bola adalah olahraga paling populer di Britania Raya.[443] Dalam sebagian besar kompetisi olahraga internasional, masing-masing tim secara terpisah mewakili Inggris, Wales dan Skotlandia. Irlandia Utara biasanya bergabung dengan Republik Irlandia dan mewakili Irlandia secara keseluruhan, dengan pengecualian di Pesta Olahraga Persemakmuran dan sepak bola. Dalam konteks olahraga, tim-tim ini secara kolektif dapat disebut sebagai Home Nations. Namun ada kesempatan di mana tim olahraga tunggal diperkenankan mewakili Britania Raya, salah satunya di ajang Olimpiade, di mana United Kingdom diwakili oleh tim Britania Raya (Great Britain team). London adalah tempat diselenggarakannya Olimpiade Musim Panas 1908 dan 1948, dan pada tahun 2012 menjadi satu-satunya kota yang telah menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas sebanyak tiga kali.
Masing-masing Home Nations memiliki tim sepak bola, tim nasional dan sistem liga tersendiri, meskipun beberapa klub ada yang bermain di luar sistem negara mereka untuk berbagai alasan historis dan logistik. Tim nasional sepak bola Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara bersaing sebagai negara terpisah dalam kompetisi internasional. Akibatnya, Britania Raya juga tidak pernah bersaing sebagai sebuah tim dalam ajang sepak bola di Olimpiade.[444] Namun, tim sepak bola negara-negara tersebut disatukan menjadi tim Olimpiade Britania Raya oleh The Football Association untuk berlaga dalam Olimpiade London 2012. Tim sepak bola Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara menolak untuk berpartisipasi, takut bahwa hal itu akan merusak status independen mereka, ketakutan ini dikonfirmasikan oleh presiden FIFA, Sepp Blatter.[445]
Kriket ditemukan di Inggris. Tim kriket Inggris dikelola oleh Badan Kriket Inggris dan Wales,[446] dan merupakan satu-satunya tim nasional di Britania Raya dengan status uji. Anggota tim diambil dari county-county utama di Inggris dan Wales. Pemain kriket Irlandia dan Skotlandia juga diperkenankan bermain untuk tim Inggris karena tidak ada tim di Skotlandia dan Irlandia yang telah mendapatkan status uji.[447][448] Inggris (bersama Wales), Skotlandia, Irlandia (bersama Irlandia Utara) sudah pernah berkompetisi di Piala Dunia Kriket, dan hanya Inggris yang sukses mencapai final pada tiga kesempatan. Terdapat sebuah kejuaraan liga profesional yang menghadirkan 17 tim yang mewakili county di Inggris dan satu tim mewakili Wales.[449] Liga rugbi adalah olahraga yang juga populer di beberapa daerah di Britania Raya. Cabang ini berasal dari Huddersfield dan secara umum juga dimainkan di Irlandia Utara.[450]
Sebuah tim tunggal bernama 'Great Britain Lions' yang mewakili Britania Raya berkompetisi dalam Piala Dunia Liga Rugbi dan pertandingan uji coba. Namun peraturan ini berubah pada tahun 2008. Akibatnya, saat ini Inggris, Skotlandia, dan Irlandia masing-masingnya berkompetisi sebagai negara terpisah.[451] Britania Raya masih tetap dipertahankan sebagai tim nasional saat tur melawan Australia, Selandia Baru, dan Prancis. Liga super adalah tingkat tertinggi dari liga rugbi profesional di Britania Raya dan Eropa. Liga ini terdiri dari 11 tim yang mewakili Irlandia Utara, 1 dari London, 1 dari Wales dan 1 dari Prancis. Kejuaraan Enam Negara, yang diikuti oleh empat negara Home Nations beserta Italia dan Prancis, merupakan turnamen uni rugbi inernasional utama di belahan bumi utara. Badan keolahragaan Inggris, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara mengelola pertandingan secara terpisah. Masing-masing negara memiliki tim internasional peringkat atas.[452] Negara Home Nations yang berhasil mengalahkan tiga negara Home Nations lainnya dalam kompetisi tersebut dianugerahi gelar Triple Crown.[453]
Cabang tenis lapangan rumput berasal dari Birmingham dan pertama kali dimainkan antara tahun 1859 dan 1865.[454] Kejuaraan Wimbledon adalah ajang kompetisi tenis internasional yang diselenggarakan di Wimbledon, London Selatan setiap musim panas dan dianggap sebagai acara paling bergengsi dalam kalender tenis global. Biliar adalah salah satu cabang olahraga ekspor yang populer di Britania Raya. Kejuaraan dunia untuk cabang ini diselenggarakan setiap tahun di Sheffield.[455] Di Irlandia Utara, sepak bola Gaelik dan hurling adalah dua olahraga yang populer, baik dari segi tim dan penonton.[456] Sedangkan shinty (atau camanachd) adalah cabang olahraga sangat populer di dataran tinggi Skotlandia.[457]
Pacuan kuda thoroughbred diadakan pertama kali pada masa pemerintahan Charles II dari Inggris sebagai "olahraga raja", dan juga sangat populer di Britania Raya dan di dunia pacuan kuda dengan pertandingan-pertandingan seperti Grand National, Epsom Derby, Royal Ascot dan Cheltenham National Hunt Festival (termasuk Cheltenham Gold Cup). Britania Raya telah terbukti sukses secara internasional dalam cabang dayung. Golf, yang lahir di Skotlandia adalah cabang olahraga paling populer keenam di Britania Raya.[458] Lapangan golf tertua di dunia berlokasi di Musselburgh Links' Old Golf Course.[459]
Britania Raya sangat erat kaitannya dengan olahraga otomotif. Banyak tim dan pembalap di Formula Satu yang berbasis di negara ini, dan para pembalap dari Britania Raya telah memenangkan gelar juara dunia lebih banyak dibandingkan dengan negara manapun. Britania Raya menjadi tuan rumah F1 Grand Prix pertama pada tahun 1950 di Sirkuit Silverstone. Sirkuit ini saat ini menjadi lokasi digelarnya Grand Prix Britania yang diadakan setiap tahun pada bulan Juli. Negara ini juga menjadi tuan rumah dari World Rally Championship dan memiliki kejuaraan balap mobil turing sendiri, yaitu British Touring Car Championship (BTCC).[460]
Bendera kebangsaan Britania Raya bernama Union Flag (juga disebut dengan Union Jack). Bendera ini pertama kali diciptakan pada tahun 1606 dengan kombinasi dari Bendera Inggris dan Bendera Skotlandia, dan diperbarui pada tahun 1801 dengan penambahan Bendera Saint Patrick Irlandia. Wales tidak terwakili dalam Union Flag karena Wales telah ditaklukkan dan dianeksasi oleh Inggris sebelum terbentuknya Britania Raya. Namun, kemungkinan untuk mendesain ulang Union Flag dan menyertakan keterwakilan Wales masih dipertimbangkan.[461] Lagu kebangsaan Britania Raya adalah "God Save the King" (Tuhan Selamatkan Raja), namun kata "King" (Raja) diganti dengan “Queen” (Ratu) apabila takhta dipegang oleh seorang wanita.
Britannia merupakan personifikasi nasional Britania Raya, yang berasal dari era pemerintahan Britania Romawi.[462] Britannia dilambangkan sebagai seorang wanita muda dengan rambut cokelat atau emas yang mengenakan helm Korinthos dan jubah putih. Dia memegang sebatang trisula Poseidon dan sebuah perisai bergambar Union Flag. Tekadang ia juga dideskripsikan sedang menunggangi seekor singa. Sejak kejayaan Imperium Britania, Britannia juga dikaitkan dengan penguasaan lautan, seperti yang diperdengarkan dalam lagu patriotik Rule, Britannia!. Sampai tahun 2008, simbol singa digambarkan bersama Britannia pada koin lima puluh pence Britania, dan satu lagi memakai mahkota di belakang koin 10 pence. Singa juga digunakan sebagai lambang pada bendera nonseremonial Angkatan Darat Britania Raya. Anjing bulldog kadang-kadang digunakan pula oleh beberapa pihak sebagai simbol Britania Raya dan dikaitkan dengan perjuangan Winston Churchill dalam menentang Jerman Nazi.[463]
Dewan Rakyat (bahasa Inggris: House of Commons) adalah majelis rendah dalam Parlemen Britania Raya. Dewan Rakyat dan majelis tinggi yang bernama Dewan Bangsawan bersidang di Istana Westminster. Dewan Rakyat adalah badan yang terdiri dari 650 anggota. Mereka dipilih secara demokrasi dan dikenal sebagai "Anggota Parlemen" atau AP. Anggota parlemen dipilih melalui sistem pemungutan suara pluralitas, oleh daerah-daerah pemilihan yang dikenal sebagai kawasan pemilihan umum, dan menjabat kursi mereka hingga Parlemen dibubarkan (maksimum lima tahun).
Dewan Rakyat Britania Raya didirikan pada abad ke-14. Pada awalnya kekuasaan Dewan Rakyat tidak begitu besar jika dibandingkan dengan Dewan Bangsawan, tetapi kini kekuasaan perundangannya lebih besar dari Dewan Bangsawan. Di bawah UU Parlemen, hak para Bangsawan untuk menolak undang-undang diturunkan menjadi hak untuk menangguhkan undang-undang saja. Kerajaan bertanggungjawab pada Dewan Rakyat. Perdana Menteri hanya dapat memegang jabatannya selama dia didukung oleh Dewan Rakyat. Hampir semua menteri kerajaan dilantik dari Dewan Rakyat (dengan satu pengecualian [1]) semua Perdana Menteri sejak 1902.
Nama resmi dan lengkap Dewan Rakyat ialah the Honourable the Commons of the United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland in Parliament assembled ("Yang Terhormat Dewan Rakyat Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Utara yang terhimpun dalam Parlemen").
Parlemen Britania Raya merunut sejarahnya dari Parlemen Kerajaan Inggris. Parlemen berkembang dari majelis penasehat raja Inggris pada waktu Zaman Pertengahan. Majelis kerajaan ini terdiri dari para padri, bangsawan, dan juga perwakilan kabupaten (dikenal juga sebagai "knights of the shire"). Tugas utama majelis adalah untuk mengizinkan pajak yang diajukan oleh Raja. Dalam banyak kasus majelis mendesakkan keluhan rakyat sebelum meneruskan dengan pemungutan suara pada pajak. Dan sejak itu Dewan rakyat mulai mempunyai kekuasaan legislatif.
Dalam "Parlemen Model" 1295, perwakilan kawasan perkotaan juga dimasukan. Dan sejak itu menjadi praktik lumrah bahwa setiap wilayah mengirimkan dua ksatria dari daerah, dan bahwa setiap daerah administratif mengirimkan dua borjuis. Pada mulanya, borjuis hampir tidak mempunyai kekuasaan. Ketika perwakilan wilayah sedang diaturkan, raja dapat memberikan hak memilih atau melucutkan hak memilih wilayah-wilayah sesuka hatinya. Penunjukan independensi oleh borjuis akan membuat kota-kota merka dikecualikan dari Parlemen. Para ksatria daerah berada dalam keadaan lebih baik, walaupun tetap kurang berkuasa daripada rekan-rekan aristrokrat mereka pada Parlemen yang masih satu kamar dahulu. Pembagian Parlemen ke dalam dua majelis dimulai ketika pemerintahan Edward III: para ksatria dan borjuis mendirikan Dewan rakyat, sementara pendeta dan para bangsawan menjadi bagian dari Dewan bangsawan.
Walaupun mereka masih berhamba pada Raja dan Dewan bangsawan, Dewan rakyat bertindak semakin berani. Pada waktu Parlemen Baik (1376), Juru bicara Dewan rakyat, Sir Peter de la Mare, mengeluhkan pajak yang besar, meminta penghitunganan pembelanjaan kerajaan, dan mengkritik pengurusan ketentaraan. Dewan rakyat bahkan juga melakukan pendakwaan pada setengah menteri Raja. Juru bicara berani itu dipenjarakan namun dilepaskan setelah kematian Raja Edward III. Pada waktu pemerintahan selanjutnya, Richard II, Dewan rakyat sekali lagi mulai mendakwa para menteri Raja. Mereka mendesak bahwa mereka tidak dapat mengatur pajak dan pembelanjaan negara. Walaupun kekuasaan mereka makin besar Dewan rakyat masih kurang berkuasa daripada Dewan bangsawan dan Raja.
Pengaruh Raja diperbesar oleh perang saudara setelah abad kelimabelas yang telah memusnahkan kekuasaan para bangsawan. Kedua dewan Parlemen memegang sedikit kekuasaan sewaktu tahun-tahun seterusnya, dan kekuasaan mutlak Raja dikembalikan. Dominasi raja menjadi semakin besar di bawah dinasti Tudor pada abad keenam belas. Kecenderungan ini namun telah dikembalikan ketika Dewan Stuart mendapatkan Tahta Inggris pada 1603. Dua raja Stuart, James I dan Charles I, memancing pertikaian dengan Dewan rakyat dengan isu-isu seperti pajak, agama dan kekuasaan kerajaan.
Perbedaan di antara Charles I dan Parlemen sangat besar dan menyebabkan Perang Saudara Inggris, yang dimenangkan oleh angkatan bersenjata Parlemen. Pada Desember 1648 Dewan rakyat telah dibersihkan oleh Tentara Model Baru yang seharusnya menghamba ke Parlemen. Pembersihan pride menjadi kudeta ketentaraan pertama dan satu-satunya dalam sejarah Inggris. Raja Charles I dihukum pancung dan Majelis tinggi dihapuskan. Parlemen satu kamar yang bertahan itu kemudian dirujuk oleh pengkritik sebagai Parlemen Bokong karena ia terdiri dari hanya segelintir anggota parlemen yang diizinkan oleh tentara - setengah dari mereka adalah dari pihak militer sendiri. Pada 1653, ketika tokoh-tokoh di Parlemen ini mulai berselisih pendapat dengan tentara, ia dibubarkan oleh Oliver Cromwell. Meskipun, raja dan Dewan bangsawan dikembalikan dengan Dewan rakyat pada 1660. Pengaruh Raja telah dikurangkan dan semaking berkurang ketika James II telah diturunkan dari takhtanya pada Revolusi Glorious pada 1688.
Abad kedelapanbelas memperlihatkan pengembangan pejabat Perdana Menteri. Idea bahwa sebuah kerajaan kekal kekuasaanna hanya sepanjang ia dapat mengekal dukungan Parlemen menghasilkan mosi tidak percaya pertama kali dalam sejarah ketika kerajaan Tuan North gagal untuk menamatkan Revolusi Amerika. Ide mutakhir bahwa hanya dukungan Dewan rakyat yang diperlukan untuk sebuah kerajaan namun adalah pengembangan kemudian. Adat bahwa Perdana Menteri adalah senantiasa seorang anggota Majelis rendah alih-alih majelis tinggi juga merupakan pengembangan kemudian.
Dewan rakyat mengalami suatu pembaruan penting pada abad kesembilan belas. Untuk beberapa tahun, beberapa kejanggalan muncul dalam perwakilan daerah administratif. Perbatasan-perbatasan kawasan pemilihan tidak pernah berubah sejak 1660, shingga banyak kota dulunya penting namun telah merosot pada abad kesembilanbelas masih mengekalkan hak mereka untuk memilih dua ahli. Yang amat terkenal dari "rotten borough" ini adalah Sarum Tua, yang hanya mempunyai enam pemilih untuk dua AP, dan Dunwich yang telah jatuh ke laut. Pada waktu yang sama, kota-kota besar seperti Manchester tidak menerima perwakilan tersendiri. Juga terkenal adalah pocket boroughs, daerah administratif yang diatur oleh pemilik tanah dan aristokrat, yang "calonnya" telah dipilih sebelumnya.
Dewan rakyat mencoba untuk menangani kejanggalan ini dengan meluluskan suatu rancangan undang-undang Pembaruan pada 1831. Pada mulanya, Dewan bangsawan tidak ingin meluluskan rancangan undang-undang itu namun akhirnya dipaksa untuk melakukannya ketika Perdana Menteri, Tuan Grey, menasehatkan Raja William IV untuk membanjiri Dewan bangsawan dengan membuat bangsawan pro-Pembaruan. Untuk menghindari hal ini ini, Para Tuan mundur dan meluluskan rancangan undang-undang pada 1832. Akta Pembaruan 1832, juga dikenali sebagai "Akta Pembaruan Hebat", mendirikan kawasan perkotaan, membuat keperluan pemilihan seragam untuk kawasan perkotaan, dan memberikan perwakilan pada kota-kota berpenduduk besar, tetapi masih banyak daerah kantung administratif tersisa. Pada tahun-tahun berikutnya, Dewan rakyat menjadi lebih tegas dan pengaruh Dewan bangsawan dikurangi oleh Krisis rancangan undang-undang Pembaruan, dan kekuasaan patron semakin berkurang. Dewan bangsawan menjadi lebih segan untuk menolak rancangan-rancangan undang-undang yang Dewan rakyat telah luluskan dengan mahoritas, dan ia menjadi prinsip politik yang diterima bahwa kepercayaan Dewan rakyat sendiri adalah perlu untuk sebuah kerajaan untuk tetap pada jabatannya.
Banyak pembaruan diperkenalkan pada akhir abad kesembilanbelas. Akta Pembaruan 1867 mengurangkan keperluan hak milik untuk pemilihan pada kawasan perkotaan, mengurangkan perwakilan pada daerah administratif yang lebih kurang penduduknya, dan memberikan tempat duduk parlemen pada kota-kota industri yang semakin besar. Pemilihan umum kemudian dikembangkan oleh Pewakilan Akta Rakyat 1884, di mana kelayakan hak milik dalam kawasan-kawasan perkotaan telah dikurangkan. Redistribution of Seats Act pada tahun berikutanya telah menggantikan hampir kesemua kawasan pemilihan berbagai anggota dengan kawasan-kawasan pemilihan satu anggota.
Perkembangan berlanjut pada awal abad keduapuluh. pada 1908, pemerintah Liberal di bawah Asquith memperkenalkan beberapa program kesejahteraan masyarakat yang, bersamaan dengan suatu perlombaan senjata, memaksa Kerajaan untuk mendapatkan pajak lebih tinggi. Pada 1909, Chancellor of the Exchequer, David Lloyd George, memperkenalkan "Pembelanjaan Rakyat", yang mengatur suatu pajak baru disasarkan kepada pemilik tanah kaya. Aksi yang tidak terkenal ini namun gagal dalam Dewan bangsawan yang Konservatif-dan meniggalkan jabatannya. Pada pemilihan umumnya selanjutnyaa namun, Asquith tetap menjadi Perdana Menteri dengan dukungan partai-partai yang lebih kecil. Asquith mengajukan bahwa kekuasaan Pertuanan akan dikurangkan dengan keras. Selepas suatu pemilihan umum pada Desember 1910 berikutnya, pemeritntahan Asquith mengatur kelulusan suatu rancangan undang-undang untuk mengurangi kekuasaan Dewan bangsawan selepas mengancam untuk membanjiri Majelis dengan 500 bangsawan baru untuk memastikan kelulusan rancangan undang-undang tersebut. Oleh karena itu, Akta Parlemen 1910 menjadi berkesan, memusnahkan kesamaan dua Majelis parlemen. Dewan bangsawan telah diizinkan hanya untuk melambatkan kebanyakan perundangan untuk maksimum tiga sesi parlemen atau dua tahun kalender (dikurangkan ke dua sesi atau satu tahun oleh Akta Parlemen 1919). Sejak kelulusan Akta-Akta ini, Dewan rakyat telah menjadi cabang paling berpengaruh Parlemen, dalam teori dan dalam praktik.
Sejak abad ke-17, para AP tidak pernah diberi gaji. Kebanyakan lelaki yang dipilih ke Dewan rakyat mempunyai gaji swasta, sementara beberapa di antara mereka bergantung pada dukungan keuangan dari seorang yang kaya. Para AP sering kali digaji oleh serikat pekerja tetapi hal ini telah didakwakan haram oleh suatu keputusan Dewan bangsawan pada 1910 dan karenanya suatu klausa telah dimasukkan ke dalam Akta Parlemen 1911 yang memperkenalkan gaji untuk AP. Para menteri Kerajaan telah sentiasa digaji.
51°29′59.6″N 0°07′28.8″W / 51.499889°N 0.124667°W / 51.499889; -0.124667
(sebelumnya bernama New Sarum sampai 2009)
Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari
, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada
Halaman ini berisi artikel tentang monarki Britania Raya. Untuk informasi tentang negara-negara lainnya yang berbagi orang yang sama sebagai penguasa monarki, lihat
. Untuk penguasa monarki Britania Raya saat ini, lihat
Monarki Britania Raya, yang umumnya disebut sebagai Monarki Inggris, adalah monarki konstitusional Britania Raya, dependensi-dependensinya dan wilayah seberang lautnya. Gelar penguasa monarkinya adalah "Raja" (bahasa Inggris: King, laki-laki) atau "Ratu" (bahasa Inggris: Queen, perempuan). Penguasa monarki dan kepala negara saat ini yaitu Charles III yang naik takhta saat kematian ibunya, Ratu Elizabeth II pada 8 September 2022.
Penguasa monarki dan keluarga kandungnya memegang berbagai tugas resmi, seremonial, diplomatik dan perwakilan. Karena monarkinya bersifat konstitusional, penguasa monarki terbatas pada fungsi-fungsi nonpartisan seperti menganugerahi gelar kehormatan dan melantik Perdana Menteri. Menurut tradisi, penguasa monarki merupakan ketua komandan Angkatan Bersenjata Britania. Meskipun otoritas eksekutif mutlak resmi terhadap pemerintahan Britania Raya masih dipegang dan melalui prerogatif kerajaan penguasa monarki, kekuasaan tersebut hanya digunakan berdasarkan pada hukum-hukum yang dikeluarkan dalam Parlemen dan, dalam praktiknya, dilakukan saat konvensi dan preseden.
Monarki Britania bermula dari kerajaan-kerajaan kecil Skotlandia pada awal Abad Pertengahan dan Inggris Anglo-Saxon, yang terkonsolidasi dalam kerajaan Inggris dan Skotlandia pada abad ke-10 Masehi. Pada 1066, penguasa monarki Anglo-Saxon terakhir yang dimahkotai, Harold II, kalah dan tewas saat penaklukan Norman terhadap Inggris dan monarki Inggris mengangkat pemimpin Norman yang menang, William sang Penakluk, dan para keturunannya.
Dari 1080-an, kepemimpinan Wales Selatan dipegang oleh penerus keluarga-keluarga Norman yang menikah dengan keluarga bangsawan Wales lainnya sampai tahta Inggris dengan beberapa kepemimpinannya juga dipegang oleh Raja Inggris dalam haknya sendiri. Proses tersebut diselesaikan pada abad ke-13 saat utara Wales, sebuah sebuah kepangeranan, menjadi sebuah negara klien kerajaan Inggris, sementara Magna Carta memulai proses pengurangan kekuasaan politik monarki Inggris.
Dari 1603, saat penguasa Skotlandia Raja James VI mewarisi tahta Inggris sebagai James I, baik kerajaan Inggris maupun Skotlandia sama-sama dipegang oleh penguasa tunggal. Dari 1649 sampai 1660, tradisi monarki terpecah oleh Persemakmuran Inggris yang republikan, yang berujung pada Peperangan Tiga Kerajaan. Undang-Undang Pemukiman 1701 mengecualikan umat Katolik Roma, atau orang-orang yang menikah dengan orang Katolik, untuk memegang tahta Inggris. Pada 1707, kerajaan Inggris dan Skotlandia bergabung untuk membentuk Kerajaan Britania Raya, dan pada 1801, Kerajaan Irlandia bergabung untuk membentuk Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia. Penguasa Inggris menjadi kepala nominasi dari seluruh Kekaisaran Britania, yang meliputi seperempat permukaan bumi pada puncak kejayaannya pada 1921.
Pada 1920-an, lima dari enam orang Irlandia menginginkan agar Irlandia keluar dari Persatuan tersebut sebagai Negara Bebas Irlandia, dan Deklarasi Balfour mengakui perubahan dominion-dominion dari kekaisaran tersebut menjadi negara terpisah dan memerintah sendiri dalam Persemakmuran Bangsa-Bangsa. Setelah Perang Dunia Kedua, sebagian besar koloni dan teritori Britania meraih kemerdekaan, yang secara efektif membuat kekaisaran tersebut berakhir. George VI dan penerusnya, Elizabeth II, mengadopsi gelar Kepala Persemakmuran sebagai lambang perhimpunan bebas dari negara-negara anggota independennya.
Britania Raya dan lima belas monarki Persemakmuran lainnya yang berbagi orang yang sama sebagai penguasa monarki mereka disebut Wilayah Persemakmuran. Istilah Monarki Inggris dan penguasa monarki Inggris masih digunakan untuk merujuk kepada lembaga dan individual bersama tersebut; namun, setiap negara memiliki kedaulatan dan merdeka dari yang lainnya, dan penguasa monarki memiliki gelar dan sebutan untuk setiap kerajaan.
Dalam Konstitusi Britania Raya tak tertulis, penguasa monarki (juga disebut sebagai Penguasa Berdaulat atau Yang Mulia (bahasa Inggris: "His/Her Majesty", disingkat H.M.)) adalah Kepala Negara. Sumpah kesetiaan dibuat kepada penguasa monarki dan para penerus sahnya.[1] "Tuhan Lindungi Ratu" (bahasa Inggris: "God Save the Queen") atau "Tuhan Lindungi Raja" (bahasa Inggris: "God Save the King") adalah lagu kebangsaan Inggris,[2] dan penguasa monarki muncul pada perangko-perangko, koin-koin dan uang-uang kertas.[3]
Penguasa Monarki mengambil sedikit bagian langsung dalam pemerintahan. Keputusan-keputusan untuk memberikan kekuasaan berdaulat didelegasikan dari Penguasa Monarki, baik oleh statuta atau oleh konvensi, kepada para Menteri atau para pejabat Mahkota, atau badan-badan masyarakat lainnya, yang secara eksklusif dari pribadi Penguasa Monarki. Segala tindakan negara dilakukan atas nama Mahkota, seperti Pelantikan Mahkota,[4] bahkan jika secara pribadi ditampilkan oleh Penguasa Monarki, seperti Pidato Penguasa Monarki dan Pernyataan Pembuka Parlemen, tergantung pada keputusan yang dibuat:
Peran penguasa berdaulat sebagai penguasa monarki konstitusional kebanyakan terbatas pada fungsi-fungsi nonpartisan, seperti memberikan penghargaan. Peran tersebut telah diakui sejak abad ke-19. Pada 1867, penulis konstitusional Walter Bagehot mengidentifikasikan monarki tersebut sebagai "bagian terdignifikasi" ketimbang "bagian efisien" dari pemerintah.[7]
Amerika, Afrika dan perdagangan budak
Pada awalnya, Karibia merupakan koloni Inggris yang paling penting dan menguntungkan,[23] namun itu sebelum upaya kolonisasi di beberapa wilayah mengalami kegagalan. Kolonisasi di Guyana pada tahun 1604 hanya berlangsung dua tahun, dan gagal mencapai tujuan utamanya untuk menemukan tambang emas.[24] Upaya kolonisasi di St. Lucia (1605) dan Grenada (1609) juga tidak berhasil. Namun, tidak semua upaya gagal, koloni Inggris di St. Kitts (1624), Barbados (1627) dan Nevis (1628) berhasil dibentuk.[25] Inggris mengadopsi sistem kolonisasi negara-negara lain kemudian menerapkannya di wilayah-wilayah koloninya. Sistem yang diadopsi itu antara lain upaya Portugis dalam mengembangkan perkebunan gula di Brasil yang bergantung pada tenaga budak serta kebijakan Belanda dalam penjualan budak dan hasil penjualannya selanjutnya dibelikan gula.[26] Untuk memastikan kalau keuntungan tetap di tangan Inggris, Parlemen Inggris pada tahun 1651 memutuskan hanya kapal-kapal Inggris yang boleh melakukan perdagangan di wilayah-wilayah koloninya dan perdagangan dikuasai oleh EIC. Keputusan ini menyebabkan permusuhan dengan Belanda yang membangun koloni di bagian timur, kebijakan ini pada akhirnya semakin memperkuat posisi Inggris di Amerika meskipun hal ini merugikan Belanda.[27] Pada tahun 1655, Inggris mencaplok Jamaika dari Spanyol dan pada tahun 1666 berhasil menduduki Bahama.[28]
Permukiman permanen pertama para imigran dari Inggris di Amerika didirikan tahun 1607 di Jamestown, Virginia yang dipimpin oleh Kapten John Smith dan dikelola oleh perusahaan Inggris bernama Virginia Company. Bermuda dihuni dan diklaim oleh Inggris setelah adanya kapal dagang yang tenggelam di perairan Bermuda yang menggunakan bendera Inggris pada tahun 1609, kemudian pada tahun 1615, pengelolaan Bermuda diserahkan pada perusahaan Inggris yang baru, Somers Isles Company.[29] Hak Virginia Company dicabut pada tahun 1624 dan pengelolaan Virginia diberikan kepada kerajaan, yang selanjutnya mendirikan Koloni Virginia.[30] Newfoundland Company didirikan pada tahun 1610 dengan tujuan untuk menciptakan sebuah permukiman permanen di Newfoundland, tetapi tidak berhasil.[31] Pada tahun 1620, Inggris membentuk Koloni Plymouth sebagai tempat pembuangan bagi kelompok separatis Protestan di Inggris.[32] Berikutnya, Inggris mulai membangun koloni-koloni berdasarkan penganut agama. Tahun 1634, Maryland didirikan sebagai permukiman bagi orang-orang yang menganut Katolik Roma, Rhode Island (1636) didirikan sebagai koloni yang toleran terhadap semua agama dan Connecticut (1639) bagi para penganut Kongregasional. Sedangkan Carolina didirikan pada tahun 1663. Tahun 1664, Inggris menukar Suriname di Amerika Selatan dengan Fort Amsterdam kepada Belanda. Penukaran ini membuat Inggris menguasai koloni Belanda di Belanda-Baru (sekarang New York).[33] Kemudian, pada tahun 1681, Koloni Pennsylvania didirikan oleh William Penn. Secara umum, koloni-koloni di Amerika kurang sukses secara finansial dibandingkan dengan koloni Inggris di Karibia, tetapi koloni-koloni di Amerika mempunyai iklim yang sama dengan Eropa serta lahan pertanian yang luas dan subur, hal ini membuat para imigran Inggris lebih suka menetap di Amerika dibanding koloni-koloni lainnya.[34]
Pada tahun 1670, Raja Charles II memberikan mandat kepada Hudson's Bay Company untuk memonopoli perdagangan bulu di wilayah bagian utara yang dinamakan Dataran Rupert—hamparan luas wilayah yang nantinya akan membentuk sebagian besar Kanada. Benteng dan pos perdagangan didirikan di sana, tetapi sering diserang oleh Prancis, yang juga melakukan perdagangan bulu di Prancis Baru yang lokasinya berdekatan dengan Dataran Rupert.[35]
Dua tahun kemudian, Royal African Company ditugaskan oleh Raja Charles II untuk memonopoli pemasokan budak dari koloni Inggris di Karibia.[36] Sejak awal, perbudakan sudah menjadi dasar dari Imperium Britania di Hindia Barat. Sampai adanya kebijakan penghapusan perdagangan budak pada tahun 1807, Inggris bertanggung jawab atas perpindahan sekitar 3,5 juta budak Afrika ke Amerika. Sepertiga dari keseluruhan budak tersebut diangkut melintasi Samudera Atlantik.[37] Untuk memfasilitasi perdagangan ini, benteng dan pos-pos pengawasan didirikan di pantai Afrika Barat seperti Pulau James, Accra dan Pulau Bunce. Di Karibia, persentase penduduk keturunan Afrika meningkat dari 25 persen pada tahun 1650 menjadi sekitar 80 persen pada tahun 1780. Sedangkan di Tiga Belas Koloni meningkat dari 10 persen menjadi 40 persen pada periode yang sama (sebagian besar di koloni-koloni selatan).[38] Perdagangan budak telah menghasilkan keuntungan yang besar bagi Inggris dan menjadi andalan perekonomian bagi kota-kota di Inggris seperti Bristol dan Liverpool; yang kemudian membentuk suatu jalur perdagangan segitiga dengan Afrika dan Amerika. Kondisi kapal yang tidak higienis dalam proses pengangkutan budak serta pekerjaan yang keras dan jam kerja yang panjang mengakibatkan tingkat kematian budak sangat tinggi, rata-rata satu dari tujuh budak meninggal selama pengangkutan maupun selama bekerja.[39]
Pada tahun 1695, Parlemen Skotlandia memberikan mandat kepada Company of Scotland untuk mengkolonisasi Tanah Genting Panama. Tetapi proses kolonisasi ini tidak berhasil. Penjelajah Skotlandia dikepung oleh kolonis Spanyol di Granada dan terserang wabah malaria. Akibatnya, koloni ini ditinggalkan dua tahun kemudian. Kegagalan Skotlandia dalam pengkolonisasian Tanah Genting Panama ini (yang dikenal dengan sebutan Bencana Darien) menyebabkan keruntuhan perekonomian Skotlandia sekaligus mengakhiri harapan Skotlandia untuk membentuk imperium seberang lautan sendiri.[40] Peristiwa ini juga memiliki konsekuensi politik yang besar, membuat Pemerintah Inggris dan Pemerintah Skotlandia berunding mengenai penyatuan kedua negara. Hal ini terjadi pada tahun 1707 dengan disahkannya Undang-Undang Penyatuan pembentukan Kerajaan Britania Raya.[41]